Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Direktur Museum Louvre Salahkan CCTV yang Gagal Deteksi Pencuri Perhiasan Rp1,6 Triliun

Awaludin , Jurnalis-Minggu, 26 Oktober 2025 |12:54 WIB
Direktur Museum Louvre Salahkan CCTV yang Gagal Deteksi Pencuri Perhiasan Rp1,6 Triliun
Museum Louvre (foto: AP News)
A
A
A

PARIS – Direktur Museum Louvre, Laurence des Cars, mengungkapkan bahwa sistem kamera pengawas di museum paling terkenal di dunia itu gagal mendeteksi kedatangan empat pelaku pencurian, yang berhasil membawa kabur perhiasan kerajaan Prancis bernilai sekitar US$102 juta atau setara Rp1,6 triliun.

Pernyataan tersebut ia sampaikan di hadapan para senator Prancis pada Rabu 22 Oktober 2025, saat membahas kasus perampokan besar yang memperlihatkan kelalaian serius dalam sistem keamanan Louvre.

Menurut kepolisian, perampokan terjadi pada Minggu 19 Oktober 2025. Para pelaku menggunakan crane untuk memanjat ke lantai atas Galeri Apollo, menghancurkan jendela, lalu menggasak perhiasan berharga sebelum melarikan diri dengan sepeda motor.

Insiden ini memicu kehebohan internasional dan menimbulkan rasa malu bagi Prancis karena lemahnya keamanan di museum yang menjadi ikon kebudayaan dunia tersebut.

"Kami Kalah", kata Direktur Louvre seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (26/10/2025).

 

Des Cars mengaku telah menyerahkan pengunduran dirinya setelah peristiwa itu, namun ditolak oleh Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, yang juga mendapat kritik keras atas kegagalan tersebut.

“Meskipun kami telah berusaha dan bekerja keras setiap hari, kami kalah,” ujarnya di hadapan Komite Senat.

Publik Prancis maupun internasional dibuat tak percaya — bagaimana empat pelaku bertopeng bisa dengan mudah memasuki museum yang dijaga ketat, merusak jendela lantai dua, dan membawa lari perhiasan bernilai fantastis tanpa terdeteksi kamera.

Des Cars mengakui, kegagalan utama terjadi karena keterbatasan sistem CCTV di area luar Louvre.

“Kami tidak mendeteksi kedatangan para pencuri dengan cukup cepat,” ungkapnya. “Kamera luar gedung tidak memberikan cakupan penuh pada fasad museum, dan jendela tempat pencuri masuk bahkan tidak diawasi CCTV.”

Ia menambahkan, pihak museum akan memperluas jaringan CCTV, meminta Kementerian Dalam Negeri Prancis untuk mendirikan kantor polisi di dalam museum, serta menetapkan area bebas parkir di sekitar Louvre.

 

Des Cars mengaku telah lama memperingatkan bahwa keamanan bangunan bersejarah itu dalam kondisi mengkhawatirkan.

“Peringatan yang selama ini saya suarakan menjadi kenyataan dengan begitu mengerikan pada hari Minggu lalu,” ujarnya.

Bangunan Tua, Keamanan Sulit Dimodernisasi

Mantan agen khusus FBI dan pakar kejahatan seni, Robert King Wittman, menilai bahwa usia dan struktur bangunan Louvre menjadi tantangan utama dalam meningkatkan sistem keamanan modern.

“Louvre awalnya bukan dirancang sebagai museum, melainkan kastil pertahanan. Batu-batu penyusunnya sangat tebal, sehingga sulit memasang sistem surveilans nirkabel di dalamnya,” kata Wittman kepada program Asia First dari Channel NewsAsia.

Menurut Wittman, meskipun pencurian ini dilakukan dengan perencanaan matang, aksi kaburnya justru ceroboh, meninggalkan banyak jejak forensik yang dapat membantu polisi melacak para pelaku.

“Mereka meninggalkan kendaraan yang digunakan untuk memasang tangga, bahkan salah satu rompi yang pasti mengandung DNA. Saya yakin polisi akan menemukan mereka. Hukuman penjaranya bisa mencapai satu dekade,” ujarnya.

 

Wittman juga menyoroti persoalan prioritas pendanaan museum. Menurutnya, banyak lembaga budaya lebih fokus pada pameran dan penghargaan donor, sementara anggaran keamanan sering dipangkas karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan.

“Tidak ada yang ingin membayar kamera. Mereka ingin membayar pameran. Itulah pola pikir yang terjadi di seluruh dunia ketika berbicara soal keamanan,” tegasnya.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement