Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Paramiliter RSF Rebut Kota Strategis di Darfur, Sudan Semakin Terpecah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 28 Oktober 2025 |14:13 WIB
Paramiliter RSF Rebut Kota Strategis di Darfur, Sudan Semakin Terpecah
Paramiliter RSF merebut markas tentara Sudan di Al-Fashir. (Foto: X)
A
A
A

JAKARTA - Pasukan paramiliter Sudan bertempur di kantong-kantong perlawanan terakhir di sebuah kota di Darfur, yang akan menegaskan pembagian geografis negara itu di antara faksi-faksi militer yang bertikai. Kota Al-Fashir, Darfur Barat, yang merupakan benteng terakhir tentara pemerintah Sudan, telah dikepung selama 18 bulan oleh pasukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Kemajuan pasukan RSF juga telah menimbulkan kekhawatiran akan adanya pembalasan terhadap sekitar 250.000 orang yang tersisa di Al-Fashir dan memicu eskalasi pertempuran di tempat lain di Sudan, demikian dilansir Reuters.

Sejak Minggu (26/10/2025), ketika RSF menyatakan telah merebut markas tentara di Al-Fashir, para pejuang RSF menahan warga sipil yang melarikan diri di kota-kota dan desa-desa terdekat, menurut para saksi mata serta sumber-sumber kemanusiaan dan militer. Sekitar 26.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran tersebut, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Panglima Angkatan Darat Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, mengonfirmasi dalam pidato yang disiarkan bahwa pasukannya telah memutuskan untuk mundur dari kota “mengingat kerusakan dan pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil.”

Dua sumber militer Sudan mengatakan pada Senin (27/10/2025) bahwa ribuan tentara dari angkatan darat dan mantan kelompok pemberontak sekutu dikepung oleh para pejuang RSF setelah mundur ke permukiman di Al-Fashir bagian barat.

 

Darfur, basis RSF, merupakan rumah bagi pemerintahan paralel yang dibentuk oleh pasukan tersebut. Para pemimpin tertinggi RSF, termasuk Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal luas sebagai Hemedti, juga dikatakan berada di Darfur.

Pemisahan Wilayah

Kontrol penuh RSF atas Darfur akan membagi Sudan antara faksi-faksi militer yang berbasis di timur dan barat negara tersebut. Kondisi ini berpotensi mendorong perang saudara di Sudan, yang telah berlangsung selama lebih dari dua setengah tahun, ke arah yang lebih buruk, menyebabkan kelaparan, memicu gelombang kekerasan yang lebih parah, dan membuat jutaan orang mengungsi.

Saat ini, pemerintah Sudan yang diakui secara internasional menguasai sebagian wilayah negara itu, termasuk ibu kota Khartoum, yang kembali direbut dari RSF pada awal tahun ini.

Namun, kelompok paramiliter tersebut telah mengumpulkan persenjataan canggih, termasuk pesawat tanpa awak jarak jauh, yang dapat memungkinkan mereka mencoba bangkit kembali. Dengan dikuasainya Darfur, RSF juga dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencoba merebut kembali wilayah lain di Sudan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement