Realitas tersebut telah mendorong pemerintahan Maduro untuk bertaruh pada dua potensi strategi, termasuk respons gaya gerilya yang telah disebut secara publik.
Pertahanan gaya gerilya, yang disebut pemerintah Venezuela sebagai "perlawanan berkepanjangan". Disebutkan dalam siaran di televisi pemerintah, akan melibatkan unit-unit militer kecil di lebih dari 280 lokasi untuk melakukan sabotase dan taktik gerilya lainnya.
Strategi kedua, yang disebut anarkisasi, akan menggunakan layanan intelijen dan pendukung partai berkuasa yang bersenjata untuk menciptakan kekacauan di jalan-jalan ibu kota Caracas. Tujuannya agar Venezuela tidak dapat diperintah pasukan asing.
Sumber-sumber mengakui bahwa strategi perlawanan apa pun menghadapi peluang keberhasilan yang tipis. "Kami tidak akan bertahan dua jam dalam perang konvensional," kata salah satu sumber yang dekat dengan pemerintah.
(Fetra Hariandja)