Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kelompok Teror yang Bertugas Rekrut Bocah Ternyata Jaringan ISIS

Danandaya Arya putra , Jurnalis-Selasa, 18 November 2025 |19:07 WIB
Kelompok Teror yang Bertugas Rekrut Bocah Ternyata Jaringan ISIS
Kelompok teror yang bertugas rekrut bocah ternyata jaringan ISIS (Foto: Danandaya Arya Putra/Okezone)
A
A
A

JAKARTA — Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap lima orang berinisial FW alias YT; LM (23); PP alias BBMS (37); MSPO (18); dan JJS alias BS (19). Satu dari lima pelaku yang disebut “pemain lama” diketahui terafiliasi dengan jaringan ISIS.

"Jadi untuk pemain lama yang ditangkap pertama kali oleh Densus 88, diketahui jaringannya berasal dari jaringan ISIS atau Ansharut Daulah," kata Juru Bicara Densus 88 Antiteror, AKBP Mayndra Eka Wardhana, Selasa (18/11/2025).

Lima tersangka ini ditangkap karena merekrut anak-anak untuk tergabung dalam jaringan terorisme. Pelaku memanfaatkan ruang digital untuk memengaruhi dan merekrut anak-anak masuk ke jaringan terorisme.

Mayndra menegaskan dalam proses merekrut anak-anak, kelompok teror tidak langsung memberikan ideologi terorisme. Korban dibuat tertarik terlebih dahulu kemudian diajak mengikuti sebuah grup.

"Kemudian diarahkan kepada grup yang lebih privat, grup yang lebih kecil, dikelola oleh admin ini. Di situlah proses-proses indoktrinasi berlangsung. Jadi memang tidak bisa kita sebut satu platform saja, tetapi berbagai model," tuturnya.

Melalui media sosial, kelompok teror ini menyebarkan visi utopia sebagai daya tarik untuk anak-anak. "Jadi memang kita paham bahwa di media sosial ini ada beberapa jenis platform yang menyediakan saluran, baik umum maupun privat. Tentunya di platform umum akan disebarkan dulu visi-visi utopia," kata Mayndra.

Selain merekrut anak-anak melalui media sosial, kelompok teror juga mencari korbannya di dunia gim daring. Pelaku membujuk korban agar bergabung hingga akhirnya dimasukkan ke grup khusus.

"Ada beberapa kegiatan yang dilakukan anak-anak kita ini, seperti bermain gim daring. Nah, di situ mereka juga punya sarana komunikasi chat. Ketika di sana terbentuk sebuah komunikasi, lalu mereka dimasukkan kembali ke dalam grup yang lebih khusus, yang lebih terenkripsi, yang tidak bisa diakses oleh umum," ucapnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement