JAKARTA – Lembaga riset independen IndoStrategi melakukan evaluasi publik terhadap program-program prioritas Kemendikdasmen. Evaluasi ini mencakup lima program utama, yakni Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Lalu Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), Mata Pelajaran Pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI), serta evaluasi berbasis Tes Kemampuan Akademik (TKA).
Dari hasil riset IndoStrategi, program-program Kemendikdasmen di bawah kepemimpinan Abdul Mu’ti mendapat respons positif dari masyarakat.
“Program prioritas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah seperti menjawab harapan publik akan terobosan dalam pendidikan kita,” kata Direktur Riset IndoStrategi, Ali Noer Zaman, saat memaparkan hasil risetnya, Senin (24/11/2025).
Riset yang berlangsung pada 15 Oktober hingga 15 November 2025 tersebut melibatkan 510 responden dari 34 provinsi, mewakili 104 lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. Setiap sekolah diwakili lima responden, terdiri dari dua guru, dua murid, dan satu orang tua. IndoStrategi juga melakukan spot check terhadap 20 persen data serta memvalidasi temuan melalui Focus Group Discussion (FGD) bersama 13 ahli dan praktisi pendidikan.
Hasil evaluasi menunjukkan penerimaan publik terhadap program-program Kemendikdasmen berada pada tingkat tinggi, khususnya di kalangan guru dan orang tua. Namun, pemahaman, optimisme, dan dukungan murid tercatat lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya.
Pada program SPMB, misalnya, guru memiliki tingkat awareness 95%, optimisme 90%, dan dukungan 88%. Orang tua berada pada angka 90%, 89%, dan 87%. Sedangkan murid hanya mencapai 85%, 82%, dan 78%.
Tingkat penerimaan masyarakat terhadap masing-masing program tercatat sebagai berikut:
- 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH): 90,1%
- Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB): 84,8%
- Pembelajaran Mendalam (Deep Learning): 78,6%
- Koding dan AI: 72,7%
- Tes Kemampuan Akademik (TKA): 63,2%
IndoStrategi menyimpulkan bahwa semakin teknis dan akademis sebuah program, tingkat penerimaannya cenderung menurun. Program berbasis karakter seperti 7 KAIH dan SPMB mendapat penerimaan tertinggi, sedangkan program yang menuntut literasi digital dan kemampuan kognitif seperti Deep Learning, Koding dan AI, serta TKA meraih skor lebih rendah. Penyebab utamanya adalah kebutuhan strategi literasi yang lebih kuat, penjelasan sederhana, dan pendampingan intensif.
Riset juga menemukan kesenjangan signifikan antara penerimaan publik di Jawa dan luar Jawa, dengan selisih hingga 20–30 poin pada berbagai indikator. Pada program Deep Learning, antusiasme guru di Jawa mencapai 54%, sementara di luar Jawa hanya 31 persen. IndoStrategi menilai hal ini sebagai sinyal perlunya perbaikan strategi komunikasi kebijakan pendidikan.
“Publik menginginkan terobosan pendidikan yang lebih jelas, mudah dipahami, dan merata. Pemerintah perlu memperkuat komunikasi kebijakan, menjadikan guru sebagai motor utama implementasi, serta memberi pendampingan intensif bagi murid. Pemerataan antara Jawa dan luar Jawa juga harus diprioritaskan,” kata Managing Director IndoStrategi, Visna Vulovik.
IndoStrategi kemudian merumuskan tujuh rekomendasi untuk pemerintah, yaitu menjadikan guru motor penggerak utama implementasi program, mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif bagi murid, meningkatkan keterlibatan orang tua melalui komunikasi personal dan berkelanjutan, menerapkan diferensiasi kebijakan untuk mengatasi ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa, menyederhanakan konten dan alat bantu pada program berbasis teknologi pendidikan, memperkuat layanan pemberitaan resmi yang menarik dan mudah diakses, dan melibatkan guru, orang tua, dan murid dalam evaluasi serta penyempurnaan program.
(Awaludin)