Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pasca Musyawaroh Kubro Lirboyo, Inilah 3 Peta Kekuatan PBNU

Opini , Jurnalis-Rabu, 24 Desember 2025 |10:49 WIB
Pasca Musyawaroh Kubro Lirboyo, Inilah 3 Peta Kekuatan PBNU
Direktur Eksekutif Center Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) M Sholeh Basyari
A
A
A

M Sholeh Basyari

Aktivis NU dan Direktur Eksekutif Center Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS)

MUSYAWAROH Lirboyo secara gemilang sukses mengkonsolidasi PWNU, PCNU dan PCINU. Peserta juga disesaki oleh para kiai, aktivis serta alumni sejumlah pesantren ikonik.

Dari forum yang sama, publik juga menyaksikan sejumlah rekomendasi terkait: ishlah, pencabutan mandat hingga desakan Muktamar Luar Biasa (MLB).

Respon atas Rekomendasi Lirboyo

Hasil musyawarah kubro di Lirboyo, tidak direspon secara tunggal. Kubu Rois aam secara halus menolak nyaris semua keputusan Lirboyo. Bahkan Rois Aam Kiai Miftahul Akhyar mengeluarkan rilis sebagai jawaban atas tekanan Lirboyo.

Seperti yang beredar di sejumlah media, Rois aam menyebut menilai bahwa forum Lirboyo tidak imparsial: hanya kiai yang pro-ishlah yang dihadirkan. Sementara Tuan Guru Turmudzi Badrudin dari Lombok yang anti ishlah serta sejumlah kyai yang segaris, sengaja diabaikan.

Tidak berhenti disitu, alih-alih menaati ultimatum 3x24 Jam rekomendasi Lirboyo, kabarnya kubu Rois aam justru tengah dan telah menyusun kepanitiaan muktamar. Menurut kabar dari internal mereka, Umarsyah, salah satu ketua PBNU, orang kepercayaan Saifullah Yusuf ditunjuk sebagai panitia muktamar.

Sementara pada kesempatan yang berbeda, Muhaimin gencar "menyerang" Saifullah Yusuf, Yahya Cholil, juga secara metafora menyasar Kiai Miftahul Akhyar.

Cak Imin terus mengkampanyekan Abdussalam Shohib, di samping kyai Marzuki Mustamar, sebagai suksesor Yahya dan Saiful. Cak Imin menyampaikan itu di muswil PKB Jatim dan di haul Mbah Bisri di Denanyar, Jombang

Respon paling radikal justru datang dari mantan Wapres sekaligus mantan Rois aam: Kiai Maruf Amin. Secara mengejutkan Kiai Maruf mengumumkan mundur dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus juga mundur dari ketua Dewan Syuro DPP PKB. Sejumlah spekulasi dikembangkan secara berbeda oleh kaum nahdliyin terkait mundurnya kyai Maruf secara bersamaan.

 

Herry Haryanto, mantan ketum PB PMII  menyebut Kiai Maruf ingin fokus mandito. Berbeda dengan orang-orang dekat Kiai Said Aqil Siraj yang menyebut bahwa mundurnya Kiai Maruf sebagai kode keras untuk comeback sebagai Rois aam.

Sementara orang dekat Kiai Maruf menyebut mundurnya cucu Kiai Nawawi al-Bantani ini adalah respon menohok atas kehadiran Cak Imin di pleno Syuriyah di hotel Sultan beberapa waktu lalu. Di samping juga tidak sependapat dengan sikap Zulfa Mustofa yang menerima penunjukan sebagai PJ Ketum PBNU.

Tiga Peta Kekuatan di NU

Dengan tiga penyikapan yg berbeda atas musyawaroh kubro Lirboyo, tergambar setidaknya tiga peta besar yang bertarung di PBNU saat ini. Pertama, kelompok anti ishlah. Kelompok ini awalnya kompak. Saiful, Prof Nuh Zulfa jadi ikon, dengan berlindung dibalik figur sakral; Rois aam. Belakangan prof Nuh ditarik agak mundur.

Tugas Prof Nuh dipandang tuntas. Saifullah Yusuf juga hanya sesekali tampil menangkis manuver Yahya dan kiai sepuh. Zulfa terus didorong ke pusaran. Zulfa turba ke sejumlah daerah.  Peran Zulfa kian menonjol. Backup tim dan logistik, tertata rapi.

Kedua, Genk PKB. Sikap PKB abu-abu. Hingga detik ini, PKB tidak menolak ishlah, tetapi juga tidak secara tegas menerima. Sikap ini harus dibaca sebagai langkah prudent, kehati-hatian. Langkah ini bisa juga dibaca sebagai cara PKB menjaga relasi dengan sejumlah pesantren besar. Intinya PKB main aman.

 

Ketiga, kelompok pro ishlah plus aktivis senior.  Kubu ini kolaborasi: kubu Kiai Said, Gus Yahya serta aktivis senior pendukung utama kyai said di muktamar Lampung. Kubu ketiga ini bisa disebut yang paling kuat.

Kiai Nurul Huda Jazuli dari Ploso terang-terangan menghendaki Kiai Said kembali sebagai ketua umum. Lebih-lebih ketika paket: kyai Maruf amin dan kyai Said sebagai Rois aam dan Ketum.

Meski begitu, pertarungan masih panjang. Stamina, logistik dan jejaring dengan penguasa, juga menentukan. Meski Kiai Said menyebut "pemerintah belum turun tangan'.

Wallahu A'lam Bishawab

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement