PADANG - Pariaman merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa berkekuatan 7,6 skala richter yang mengguncang Sumatera Barat pada Rabu sore kemarin. Namun bantuan di sana justru masih minim sekali.
"Kondisi terparah antara Sungai Limau dan Pariaman. Salah satunya Desa Tandikek, hanya tujuh keluarga yang selamat dari 50 keluarga. Sedang yang lainnya hilang tertimbun longsoran bukit. Tapi sampai jam 2 dini hari tadi belum ada bantuan apa-apa," jelas Nofrins Napilus, salah seorang fotografer yang meliput di sana kepada okezone, Jumat (2/10/2009).
Nofrins bersama enam fotografer lainnya sampai di Pariaman sekira pukul 2.00 WIB tadi, melalui Maninjau, Lubuk Basung, dan Tiku. Karena jalur lain menuju Pariaman masih rusak. Bersamaan dengan mereka juga baru sampai beberapa orang dokter dari Medan dengan ambulans.
Salah satu call center bencana di Padang yang sempat dihubungi Nofrins, malah sama sekali belum memiliki data korban di daerah ini. Padahal para korban tersebut, membutuhkan tenda dan selimut. Karena sekira 90 persen rumah warga tidak bisa dihuni lagi, bahkan sekira 50 persen sudah roboh.
"Di Padang yang kena bencana banyak pilihan, sedangkan di sini mereka mau makan apa dan tidur di mana? Rumah-rumah di sepanjang jalan mayoritas atapnya sudah hampir rata dengan tanah. Kalau ada bantuan, sebaiknya langsung ke Pariaman," tambah Nofrins.
Menurut Nofrins, Kota Pariaman saat itu seperti kota mati. Pasarnya hancur dan tidak bisa digunakan lagi. Di daerah dekat stasiun kereta api, bau bangkai tercium di mana-mana.
Tidak ada penerangan sama sekali, kecuali di kantor bupati yang menjadi posko bencana dan salah satu masjid di depan Tugu Tabuik. Kedua tempat ini menggunakan genset untuk tenaga listrik. Itupun, stok bahan bakar bensin dan minyak tanah juga sudah menipis.
Sedangkan hubungan komunikasi di Pariaman perlahan-lahan sudah mulai membaik. Namun karena listrik mati total, telepon seluler tetap tidak bisa dipakai karena kehabisan energi.
(Lusi Catur Mahgriefie)