JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan belakangan terjadi pergeseran isu yang dihembuskan kelompok-kelompok radikal di Indonesia. Dulu mereka kerap menggunakan isu internasional seperti pendudukan Palestina oleh Israel, perang Irak dan Afghanistan dan lain-lain.
Namun, belakangan mereka menggunakan isu-isu lokal seperti judi, maksiat dan tak ketinggalan aliran Ahmadiyah. Isu Ahmadiyah misalnya dijadikan sebagai pemantik di Cirebon sehingga M Syarif akhirnya rela melakukan serangan bom bunuh diri di Masjid Adz Zikra.
“Link isu lokal dan internasional itu yang sekarang dimainkan. Bahayanya kelompok radikal non teroris, dan ini yang membuat kelompok teroris itu menjadi tidak jelas,” katanya dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (4/5/2011).
Ansyaad juga menanggapi keinginan sejumlah pihak agar pemerintah tak semata-mata menggunakan pendekatan represif dengan mengandalkan Detasemen Khusus 88 Antiteror dalam memberantas terorisme, tetapi juga melakukan deradikalisasi. Deradikalisasi terutama dilakukan terhadap ratusan tersangka teroris yang berhasil ditangkap polisi.
Ansyaad mengatakan, deradikalisasi tidak cukup dilakukan dengan khotbah. “Kita menganggap dengan khotbah mereka jadi ikut, tapi mereka (kelompok) radikal itu lain,” katanya.
Ansyaad mencontohkan kelainan kelompok radikal yaitu khotbah-khotbah mereka yang selalu mengobarkan kebencian pada pemerintah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, kata dia, pendekatannya haruslah fisik dan hukum.
“Harus melakukan tindakan fisik, ya hukum,” ujarnya.
(Insaf Albert Tarigan)