JAKARTA – Berbondong-bondongnya Ketua Umum Partai sebagai calon presiden (Capres) merupakan bukti gagalnya sebuah partai menciptakan demokrasi di internal partai. Maka seharusnya, ketua partai politik (parpol) tidak harus menjadi Capres. Ketua umum sebuah partai bertugas melakukan pendidikan kader sehingga regenerasi dan kualitas pemimpin masa depan terjamin.
"Partai politik kita harus dibenahi. Itulah semangatnya," ungkap Sekretaris Majelis Nasional Partai NasDem Jeffrie Geovanie, dalam keterangannya pada wartawan di Jakarta, Selasa (25/9/2012).
Dia prihatin dengan kondisi Parpol di Indonesia yang hanya berorientasi pada kekuasaan. Bahkan sering alpha untuk mendidik kader menjadi pemimpin yang berkarakter. Apalagi, seorang Ketum partai hanya sibuk mencari dukungan menjadi capres. Padahal, kata dia, kekuasaan itu selalu diperoleh karena bergabung dengan Parpol. Sehingga ketika kepemimpinan nasional bobrok tentu tidak bisa dilepaskan dari peran parpolnya tidak bobrok pula.
Elit politik kata dia, harus sadar bahwa untuk menciptakan pemimpin masa depan yang berkualitas, bisa dilakukan dengan rekrutmen kader dan pendidikan yang berkualitas. Dan semua itu, tugas dari ketua umum partai.
"Harus disadari oleh elit-elit politik di negeri ini maka tugas utama parpol sebagai sumber rekrutmen kepemimpinan nasional pasti mudah dicapai dan pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas," kata dia.
Partai NasDem kata dia, sedang menciptakan atmosfer rekrutmen internal calon pemimpin bangsa. Seperti, Patrice Rio Capella sebagai Ketua Umum Partai NasDem ditugaskan oleh Ketua Majelis Nasional Partai, Surya Paloh, bukan untuk menjadi calon Presiden, melainkan bertugas mengurusi partai. Hal yang sama, kata dia juga dilakukan oleh partai Gerindra.
"Ketua Umum partai dan jajarannya memang harus konsentrasi penuh mengurus dan membesarkan partai," ucap dia.
(Misbahol Munir)