JAKARTA - Pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan presiden baru akan berlangsung pada 2014 mendatang. Meski demikian, partai politik kemungkinan akan mulai gerilya untuk menyusun kekuatan politik sejak 2013, salah satunya dengan cara membentuk koalisi.
Pengamat Politik Universitas Gajah Mada, Ari Dwipayanan mengatakan, partai politik akan menentukan membentuk koalisi atau tidak setelah Pemilu Legislatif (Pileg). Pileg akan memperlihatkan partai politik memiliki kekuatan infrastruktur atau tidak.
"Lawan berat kalau hitungan-hitungannya ada di partai besar seperti PDIP, Demokrat dan Golkar," kata dia kepada Okezone, Jumat (28/12/2012).
Selain tiga partai itu, Partai NasDem juga dinilai sebagai ancaman pada Pemilu nanti. Bagaimana peluang partai politik di atas untuk berkoalisi?, menurutnya, kemungkinan itu tetap ada. Semua tergantung pada ketetapan Parlementary Threshold (PT).
"Kalau PT 20 persen matematika politiknya, bisa ada lima poros partai koalisi," ujarnya.
Jika melihat kekuatan infrastruktur, dia menilai, Partai Golkar yang kemungkinan akan maju sendiri menatap Pilpres 2014. Partai berlambang pohon beringin itu juga dinilai siap karena sudah memiliki calon yang akan diusung menjadi calon presiden. Kalau pun harus koalisi, Partai Gokar akan menjadi penentu karena memiliki daya tawar lebih.
"Kalau Demokrat enggak punya figur, ini kemudian bisa jadi koalisi dengan yang lain. PDIP masih tergantung pada ibu Mega calonnya, mengusung dari dalam atau dari luar," terangnya.
Dia juga mengatakan, Partai Gerindra yang selama ini sudah berkoar-koar mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai presiden masih diragukan bisa membangun poros sendiri tanpa membentuk koalisi.
"Ini kan tergantung Pileg, kalau tidak sampai 20 persen harus berkoalisi atau jadi poros yang lain karena tawar menawarnya lemah," terangnya.
Tapi, kata dia, cerita akan berbeda jika PT sebesar 3,5. Dengan perolehan suara sebesar 3,5 persen saat Pileg, besar kemungkinan partai politik papan atas dan papan tengah akan membangun poros sendiri-sendiri.
"Kalau PT 3,5 persen bisa ada sembilan poros atau sembilan kandidat," pungkasnya.
(Tri Kurniawan)