JAKARTA - Permasalahan di Papua tak kunjung terselesaikan. Bahkan beberapa waktu lalu, aksi kekerasan di Papua kembali terjadi dan memakan korban jiwa.
Aktivis Majelis Kedaulatan Republik Indonesia (MKRI) menilai, kehidupan sosial yang tidak merata diperoleh masyarakat Papua merupakan akar dari masalah yang selama ini terjadi di bumi cendrawasih.
Hal itu ditambah pendekatan yang dilakukan pemerintah tidak tepat sasaran. "Karena pendekatan yang dilakukan justru represif," ujar anggota Presidium MKRI, Razman Arif Nasution melalui pesan elektroniknya, Minggu (24/2/2013).
Pada peristiwa penembakan di Tinggi Nambut, Puncak Jaya, dan di Sinak, korban jiwa jatuh sebanyak 12 orang. Delapan orang merupakan anggota TNI, dan empat masyarakat sipil.
Razman menyarankan agar pemerintah harus menggunakan pendekatan kultural, dimana upaya itu diyakininya merupakan cara yang lebih ampuh untuk menyelesaikan masalah di Papua.
"Mestinya harus dilakukan pendekatan cultural karena dengan itu upaya menjaga stabilitas jauh lebih baik," tandas Razman didukung Ketua MKRI Pusat, Ratna Sarumpaet dan Sekretaris MKRI Pusat, Adhie Massardi.
Sebelumnya diberitakan, akibat baku tembak di Tingginambut dan Sinak, Puncak Jaya, Papua pada Kamis, 21 Februari lalu, 12 orang meninggal dunia. Delapan anggota TNI dan 4 warga sipil.
Selain korban meninggal dunia, lima lainnya mengalami luka tembak. Empat warga sipil dan satu anggota TNI.
"Untuk korban yang ada di Tingginambut, informasi terakhir sudah dievakuasi ke Jayapura, sementara untuk yang di Sinak masih menunggu informasi yang lebih lanjut," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Agus Rianto, Jumat 22 Februari lalu.
(Misbahol Munir)