Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
Bocah Kurang Gizi di Praya

Selain Kurang Gizi, Annisa Terancam Alami Kekerdilan

Anton Suhartono , Jurnalis-Jum'at, 03 Januari 2014 |23:29 WIB
Selain Kurang Gizi, Annisa Terancam Alami Kekerdilan
Annisa Almayana (Dok: ABF)
A
A
A

JAKARTA - Masih ingat dengan Annisa Almayana, bocah berusia dua tahun warga Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, yang mengalami kekurangan gizi (marasmus) hingga tubuhnya hanya tulang yang dibalut kulit?

Berdasarkan pemeriksaan medis terbaru, Annisa bukan hanya mengalami kekurangan gizi, tapi juga hypopituitarism.

Begitu diungkapkan Adellia Dian Permatasari, mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang selama ini mengamati perkembangan kondisi Annisa.

Menurut perempuan yang akrab disapa Adel itu, hasil tersebut diketahui setelah darah Annisa diteliti di laboratorium.

Hypopituitarism merupakan kelainan pada kelenjar pituitary (kelenjar penghasil hormon pertumbuhan), di mana kelenjar tersebut tidak dapat memproduksi hormon dalam jumlah wajar, sehingga dapat menyebabkan kekerdilan dan pertumbuhan tidak normal pada anak,” tutur Adel dalam pernyataannya yang diterima Okezone, Jumat (3/1/2014).

Annisa, lanjut Dian, sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Harapan Keluarga, Mataram, NTB. Namun, untuk mengurangi biaya perawatan, keluarga terpaksa membawanya pulang.

Selama dua pekan dirawat tersebut biaya perawatan Annisa mencapai Rp10 juta. Biaya tersebut didapat dari Anak Bangsa Foundation (ABF) yang melakukan pengumpulan dana.

Adel melanjutkan, Annisa masih sangat membutuhkan penanganan medis. Tidak hanya menyembuhkan kelainan pada kelenjar hormon, namun yang mendesak adalah memulihkannya dari malnutrisi.

“Kondisi malnutrisi parah yang menyebabkan berat badan anak mencapai 60 persen di bawah berat normal anak-anak seusianya,” tuturnya.

Dia menambahkan, dokter yang merawat Annisa di RS Harapan Keluarga, Irawan, menyarankan agar Annisa menjalani terapi hormonal. Karena fasilitas terapi tersebut tidak ada di NTB, Irawan menyarankan agar Annisa dirujuk ke rumah sakit di Bali.

Namun, syarat utama menjalani terapi, berat badan minimal pasien harus 4,5 kilogram, sementara berat Annisa jauh di bawah itu, yakni di kisaran 2,5 kilogram.

Karena itu, sebelum dibawa ke Bali, Annisa masih harus menjalani terapi nutrisi di RS Harapan Keluarga.

Sementara itu, aktivis ABF, Jill Jurgens, mengatakan, setiap pekan pihaknya membawa Annisa untuk kontrol sekaligus menjalani terapi nutrisi di RS Harapan Keluarga.

Untuk biaya terapi hormonal sendiri, Jill belum bisa menyampaikan berapa pastinya. Saat ini timnya masih mencari informasi ke beberapa rumah sakit di Bali. Namun dia memastikan biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.

Selain melakukan penggalangan dana, pihak ABF juga berupaya menghubungi dinas kesehatan dan dinas sosial setempat, namun belum membuahkan hasil.

(Anton Suhartono)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement