Ketika menduduki jenjang sekolah menengah pertama (SMP), Susi memilih fokus terjun di dunia bulutangkis. Pada 1985, ia akhirnya memutuskan pindah dari Tasikmalaya ke Jakarta. Kehidupan sebagai atlet akhirnya dirasakan saat memutuskan menimba ilmu di sekolah khusus atlet.
Kegigihannya menjalani latihan terbayarkan dengan sederet prestasi gemilang. Setelah lima tahun menjalani latihan di Ibu Kota, Susi tampil sebagai jawara turnamen bulutangkis Indonesia Open 1989. Bagi Susi, tropi tersebut menjadi prestasi awal dalam kariernya.
Pada tahun yang sama, pemilik nama lengkap Lucia Francisca Susi Susanti itu juga membantu Tim Indonesia merebut gelar juara Piala Sudirman. Prestasi yang sangat bermakna karena Indonesia pertama kali menjadi juara di ajang kejuaraan beregu tersebut.
Awal karier manis terus dilanjutkan perempuan kelahiran Tasikmalaya 11 Februari 1971 itu. Selain Indonesia Open dan Piala Sudirman, pada tahun sama Susi juga membukukan gelar juara World Cup dan SEA Games.
Dominasi Susi di sektor tunggal putri semakin tidak tertandingi. Berbagai kejuaraan yang diikuti Susi selalu berakhir juara. Dia pernah menjadi jawara pada All England 1990, 1991, 1993, dan 1994. Kemudian mengoleksi mahkota World Badminton Grand Prix 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan 1996.
Selain Piala Sudirman, Susi juga berjasa bagi kontingen Indonesia ketika memastikan juara pada kejuaraan beregu bulutangkis, Piala Uber 1994 dan 1996. Dia juga pernah merasakan sebagai yang terbaik pada turnamen bulutangkis yang berlangsung di beberapa negara seperti Malaysia, China, Denmark, dan Jepang.
Puncak prestasi Susi terjadi pada Olimpiade Barcelona 1992. Dengan tenang dan penuh percaya diri, Susi menundukkan musuh bebuyutannya kala itu, Bang Soo-hyun (Korea Selatan), dengan skor 5-11, 11-5, dan 11-3. Lagu Indonesia Raya berkumandang pada momentum bersejarah tersebut. Susi menjadi atlet yang pertama kali menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di Olimpiade.
Kebahagian semakin lengkap setelah Alan Budikusuma -kala itu masih menjadi kekasihnya- turut merebut emas melalui nomor tunggal putra. "Perkawinan Emas" olimpiade itu membuat media asing menjuluki Susi dan Alan sebagai "Pengantin olimpiade". Usai memutuskan pensiun, keduanya memutuskan menikah pada 1997.
Karier bulutangkis Susi belum berhenti meski memutuskan menikah dengan Alan pada 9 Februari 1997. Susi tetap memberi kebanggan bagi Indonesia pada 1997 dengan menjuarai Vietnam Open, Indonesia Open, Malaysia Open, dan World Cup.
Dari pernikahannya dengan Alan, Susi dikaruniai tiga buah hati, yakni Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003).
Profil