JAKARTA - Bagi para penikmatnya, rokok kretek dirasa lebih nikmat dibanding rokok biasa, tanpa cengkeh (putihan).
Pasalnya, kandungan cengkeh yang terdapat dalam rokok kretek, dianggap sebagai obat sebagaimana pertama kali ditemukan pada 1880-an.
"Itulah kenapa kretek dianggap warisan budaya nusantara," jelas Sekjen Komunitas Kretek (Komtek), Alfa Gumilang kepada Okezone, di Jakarta, Minggu (31/5/2015).
Penemuan kretek tak bisa dilepaskan dari sosok Haji Jamhari, seorang petani tembakau asal Kudus, Jawa Tengah. Saat itu, ia yang mengidap penyakit asma, bereksperimen dengan mencampurkan potongan cengkeh kedalam lintingan tembakau sebelum akhirnya dibakar.