JAKARTA - Direktur Navigasi Penerbangan, Kementerian Perhubungan, Novierianto mengatakan navigasi merupakan salah satu instrumen penting dalam sebuah penerbangan dan harus dipenuhi demi keselamatan penumpang.
Terkait dengan kecelakaan yang menimpa Trigana Air di Pegunungan Bintang, Papua, Novie mengakui adanya prosedur yang kurang tepat dalam penerbangan tersebut. Terutama mengingat geografis Papua merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang menuntut syarat terbang yang lebih ketat.
"Jadi di Oksibil tidak bisa dipasang ILS (Instrument Landing System) karena depannya gunung," kata Novie kepada wartawan di gedung Kementerian Perhubungan Jakarta, Rabu (19/08/2015).
Pada kesempatan itu, Novie menjelaskan mengenai teknis navigasi penerbangan yang disyaratkan dan lazim dipakai di dunia penerbangan internasional. Intinya, masalah yang dihadapi penerbangan di Indonesia saat ini ada pada infrastruktur.
Novie menambahkan, ada dua jenis penerbangan yang umum digunakan dalam penerbangan sipil, yakni penerbangan dengan manual visualisasi dan penerbangan berbasis instrumen.
Penerbangan visual dapat dijalankan di daerah dengan cuaca stabil dan tidak membutuhkan peralatan navigasi khusus karena pilot langsung melihat ke jalur terbangnya. Namun jika dilakukan di daerah dengan cuaca tak menentu, penerbangan jenis ini sangat beresiko.