MADRID – Para orangtua siswa di Spanyol diminta untuk mendukung anaknya mogok kerjaka pekerjaan rumah (PR). Aksi mogok dilakukan sebagai bentuk protes terhadap jumlah PR yang kelewat batas. Jumlah PR yang menggunung dianggap sebagai beban sehingga memberatkan siswa-siswi di Negeri Matador dan mengurangi waktu berkualitas dengan keluarga.
Menurut data Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada 2012, siswa berusia 15 tahun di Spanyol menghabiskan waktu 6,5 jam selama satu pekan untuk mengerjakan PR. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata 4,9 jam di 38 negara anggota OECD.
“Kami kehilangan sedikit akal sehat di negara ini ketika berbicara mengenai pendidikan. Kita berada dalam sistem di mana waktu bebas anak-anak hilang,” ujar Ketua Konfederasi Asosiasi Orangtua Murid Spanyol (Ceapa), Jose Luis Pazos, dilansir The Guardian, Kamis (3/11/2016).
“Sekolah memberikan keluarga tugas yang bukan seharusnya. Mereka membuat kami seperti guru kedua dan membuat anak-anak kita di sekolah menengah mengerjakan PR hingga 60 jam dalam sepekan. Bagi kami, situasi tersebut sangat tidak bisa diterima,” sambung Luis Pazos.
Ceapa yang mewakili 12 ribu asosiasi orangtua murid mengatakan, aksi mogok tersebut sudah mendapatkan dukungan dari orangtua murid dan juga guru. Secara khusus, Ceapa meminta orangtua yang muridnya menuntut ilmu di sekolah-sekolah negeri untuk memboikot PR yang diberikan di akhir pekan.
Juru bicara Kementerian Pendidikan Spanyol menyatakan bahwa PR adalah kebijakan dari setiap sekolah, bukan kebijakan pemerintah. Para guru diyakini tahu betul kebutuhan murid-muridnya. Tetapi, setiap guru untuk mata pelajaran berbeda diminta untuk berkoordinasi terlebih dahulu sehingga tidak memberikan PR di waktu bersamaan. Pihak kementerian juga merekomendasikan agar sekolah-sekolah memberi tahu kebijakan PR kepada orangtua ketika mendaftarkan anaknya.
(Wikanto Arungbudoyo)