MEDELLIN - Ayah tiri dari Miguel Quiroga, pilot yang menerbangkan pesawat yang jatuh di Andes, Kolombia dan menewaskan 71 orang pada 28 November lalu. Permintaan maaf itu disampaikan Roger Pinto Molina setelah bukti-bukti yang menunjukkan pesawat nahas tersebut mengabaikan saran untuk menggunakan rencana penerbangan lain.
“Kami ingin mengucapkan kepada berjuta-juta rakyat Brasil, terutama keluarga, putra, orangtua, dan saudara-saudara di Chapeco, bahwa kami sangat menyesal,” kata Molina, seorang senator Bolivia yang diasingkan di Brasil sebagaimana dilansir dari Reuters, Sabtu (3/12/2016).
Permintaan maaf itu tampaknya tidak akan mampu memadamkan kemarahan rakyat Brasil yang masih berduka dengan kepergian para pemain dari klub sepakbola Chapecoense yang berpergian dengan pesawat tersebut ke Kolombia.
Salinan rencana penerbangan pesawat LaMia Bolivia BAe 146 yang beredar secara luas di Brasil menunjukkan perkiraan lama penerbangan dan jarak total pesawat sama yaitu empat jam dan 22 menit, tanpa menyisakan ruang untuk penundaan sekecil apa pun. Saat pesawat tersebut mendekati bandara di Medelin, pesawat lain yang mengalami masalah didahulukan untuk mendarat sehingga pesawat pilot Miguel terpaksa berputar hingga kehabisan bensin.
Kemarahan rakyat Brasil dipicu oleh laporan media yang menyebutkan Quiroga ternyata merupakan mitra dengan perusahaan penyewaan pesawat LaMia. Laporan itu menimbulkan spekulasi bahwa dia tidak berhenti untuk mengisi bahan bakar untuk menghemat uang.
Perusahaan LaMia juga mendapat kecaman dari para pilot di Brasil karena mengambil risiko yang tidak dapat diterima.
“ada 77 nyawa di tangan seorang pilot. Bukan hanya satu keluarga. Kejadian ini mengejutkan dunia, tidak ada keraguan bahwa perusahaan bersalah,” ujar Caroline Machado yang pamannya menjadi salah seorang korban dalam kecelakaan tersebut.
(Rahman Asmardika)