Bioskop Kusam yang Masih Setia Berkisah Soal Dukun AS

Andi Wesal Saladin, Jurnalis
Selasa 27 April 2010 08:20 WIB
Bioskop Grand, bioskop tua yang masih bertahan di DKI.(foto:Andi Wesal Saladin)
Share :

JAKARTA – Gambar wanita berbaju coklat-putih itu tampak tidak lengkap lagi. Bagian bawah poster yang sudah amburadul, membuat senjata di kedua tangannya tak terlihat.
 
Jika belum koyak, di bagian bawah Poster di sisi luar Bioskop depan flyover itu, pasti bertertuliskan “Residence Evil Extinction”. Itu judul film Hollywood yang keluar 2007.
 
Sementara di depan bioskop yang menghadap ke Pasar Senen, dipajang sejumlah poster film-film anyar tanah air. Tapi poster itu hanya poster promosi, bukan deretan gambar film yang akan diputar di bioskop Grand Keramat dan Mulia Agung, dua bioskop yang ada di lantai dasar dan lantai satu gedung itu.
 
Film yang diputar di kedua bioskop ini memang tidak ada yang keluaran baru seperti yang biasa diputar di bioskop jaringan Twenty One. Selasa pekan lalu 20 April 2010, film lawas; ‘Dukun AS, Misteri Kebun Tebu’ (1997) masih diputar di bioskop Grand Keramat yang berada di lantai dasar. Sekira 20 pengunjung termasuk okezone, menjadi penonton pemutaran perdana di hari itu.
 
Kondisi bioskop di seberang Pasar Senen itu jauh dari nyaman. Dindingnya yang bercat putih kusam karena debu. Wajar saja, bagian dalam bioskop hanya dibatasi tiang-tiang besi yang membentuk pagar sehingga debu jalanan mudah menerobos masuk ke ruang tunggu bioskop, yang tidak bertempat duduk itu.
 
Bioskop Grand Keramat yang berada di lantai dasar, berkapasitas 200 lebih tempat duduk. Ruangannya sekitar dua kali lipat bioskop-bioskop milik 21. Kursi-kursi nya terbuat dari kayu yang dilapisi busa tipis, dan agak lapuk. Di lantai juga tidak jarang sampah berserakan, seperti bungkus makanan, dan rokok.
 
Di Bioskop Mulia Agung, kondisinya tidak jauh berbeda, namun sejumlah pengunjung bercerita bahwa di teater di lantai satu itu lebih nyaman dan bersih. Selebihnya sama dengan di Grand Keramat termasuk, harga karcisnya; Rp5 ribu.
 
Meski begitu bioskop yang terletak di antara Jalan Keramat Bunder dan Keramat Raya Jakarta Pusat ini tetap saja punya peminat. Penonton di kedua bioskop ini umumnya datang dari kalangan bawah, yang berusia 25 tahun ke atas. Namun boleh dibilang sebagian besar datang tidak untuk menonton film, melainkan ‘membuat film’ dengan pasangan masing-masing, alias bermesum ria.
 
Gosip yang beredar, bioskop ini juga jadi ajang pertemuan kaum gay dan tempat para pria hidung belang memboking PSK.
 
Petugas karcis di Grand Keramat, Karmin bercerita pada era 90 an bioskop ini masih ramai, setiap pemutaran film sedikitnya ada 100 orang yang menonton. Sekarang, katanya, angkanya jauh dari itu. Pada hari biasa, setiap pemutaran film ditonton sekira 20 pengunjung, sementara saat akhir pekan, pengunjung bisa sampai 100 orang, per film.
 
”Cuma di sini saja dik (masih ada), tempat saya yang dulu di Bioskop Tebet ditutup, ” kata Karmin petugas karcis Grand Keramat saat ditemui okezone setengah bangga.
 
Jika sudah berada di dalam bioskop, jangan lagi mengingat-ingat bagaimana nyamannya bioskop jaringan 21 yang selama ini anda kunjungi.Gambar di layar bioskop kadang berwarna kehitaman, kadang merah, kadang tidak berwarna hanya hitam putih, dan timbul garis-garis dan bintik, soundnya pun kadang membuat dialog di film tidak jelas terdengar.
 
Dengan segala kondisinya ini, bioskop Grand Keramat ini dan Mulia Agung Teater ini merupakan bioskop jadul yang masih bertahan di Jakarta. Bioskop sejenisnya sudah bertumbangan satu persatu digilas zaman.

(Fitra Iskandar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya