Alami Kekerasan, Siswa STM Penerbangan Mengadu ke Komnas PA

Catur Nugroho Saputra, Jurnalis
Selasa 13 Desember 2011 09:52 WIB
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Share :

JAKARTA - Tiga perwakilan siswa SMKN 29 (STM Penerbangan), Jakarta Selatan, melapor ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), setelah mengalami tindak kekerasan oleh sejumlah guru dan kepala sekolah.

Dengan ditemani satu orang wali murid dan dua aktivis Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, ketiganya DP (16), RRH (15), dan RW (15) melaporkan kekerasan fisik berupa tamparan, pukulan, serta sabetan ikat pinggang.

Menurut DP, salah seorang siswa, kekerasan yang dilakukan guru mereka itu bermula saat ratusan siswa STM Penerbangan berkumpul di Terminal Blok M, usai ujian semester I, Kamis 8 Desember lalu. Namun tiba-tiba mereka ditangkap polisi karena diduga hendak melakukan tawuran.

Padahal, kata DP, sebagian besar mereka berniat pulang ke rumah masing-masing. Kendati demikian, DP mengakui bahwa beberapa teman mereka ada yang berencana menyerang siswa SMK Purnama, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rencana ini sebagai bentuk balas dendam setelah Selasa 6 Desember seorang teman mereka ada yang dibacok.

"Teman yang kena bacok itu sekarang berada di rumah sakit," ujar DP kepada wartawan, di Kantor Komnas PA, Jakarta, Senin (11/12/2011).

Polisi yang sudah mencurigai kemudian mengamankan seluruh siswa dan memasukkan ke dalam bus untuk dipulangkan ke rumah masing-masing. Tiba-tiba, lanjut DP, datang dua orang guru yang langsung meminta petugas agar para siswa dibawa ke kantor polisi.

"Kedua guru, yaitu Amiran, guru aeromodeling yang juga wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan Ali, guru agama islam, serta dua guru lainnya," imbuh DP.

Sesampainya di Mapolres Jakarta Selatan, mereka dipisahkan per kelas. Dan didata satu persatu. Saat itulah, Ali serta guru lain memukul muka para siswa. “Padahal polisi tidak mukul, yang mukul justru guru kami," ungkapnya.

Pihak kepolisian hanya mengamankan senjata tajam yang dibawa kemudian melakukan briefing serta memulangkan 105 siswa yang diamankan.

Keesokan harinya, ke-105 siswa yang tertangkap dipanggil oleh guru. “Kami dikumpulkan di ruang multimedia. Dari 105 siswa itu, terdapat seorang siswi yakni VR. Di ruangan itu, kami disuruh berbaris dan bertelanjang dada, keculai VR," tambah DP.

Selain itu, ponsel kami disita, dan rambut dicukur oleh kepala sekolah, Dedi Dwitagama, dengan mesin cukur. Tak sampai disitu, kepala sekolah juga menyuruh siswa menampar sesama teman. "Teman saya menampar di sebelahnya, saya menampar teman di sebelah saya, begitu seterusnya," jelas DP.

DP menambahkan, jika tamparan mereka dianggap tidak keras, kepala sekolah dan guru akan mencontohkan dengan menampar mereka. Tak hanya itu, kepala sekolah juga siswa akan dikeluarkan jika melaporkan kejadian ini.

"Kepala sekolah sadar di ruang multimedia ada CCTV nya, karena itu dia meminta guru untuk menyimpan hasil CCTV itu," tutupnya.

(Dede Suryana)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya