BANDUNG - Gunung Kelud tercatat beberapa kali meletus. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, letusan Gunung Kelud paling parah terjadi pada 1919.
Letusan pertama terjadi pada 1000. Setelah itu, Gunung Kelud kembali meletus pada 1901.
"Pada 1901, material yang dikeluarkan itu sekira 200 juta meter kubik," kata Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, Kamis (13/2/2014).
Letusan berikutnya pada tahun 1919 dan terparah sepanjang sejarah letusan Gunung Kelud. "Material letusan yang dilemparkan sekira 284 juta meter kubik. Korban meninggal ada 5.160 orang," ungkapnya.
Pada 1951, gunung dengan ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu kembali meletus. Material letusan yang dikeluarkan cukup banyak, sekira 200 juta meter kubik.
Letusan kembali terjadi pada 1966. Saat itu material letusan yang dikeluarkan jauh lebih sedikit dibanding letusan sebelumnya. "Saat itu material yang dikeluarkan 90 juta meter kubik," katanya.
Gede mengatakan, letusan berikutnya pada 1990. Material letusannya sekira 130 juta meter kubik. Pada 2007 letusan kembali terjadi dengan material yang dikeluarkan tercatat paling sedikit dalam sejarah letusan Kelud.
"Tahun 2007 itu saya ukur material yang dikeluarkan sekira 15 juta meter kubik," jelasnya.
Gunung Kelud sendiri termasuk tipe stratovolcano. Letusannya bersifat harian. Itu berbeda dengan letusan Gunung Sinabung yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa hari, pekan, bahkan bulan.
Bedanya, letusan Gunung Kelud berlangsung singkat, tapi material yang dikeluarkan sangat banyak. Pada 1990 misalnya, letusannya hanya berlangsung dalam kurun dua hingga tiga jam. Tapi material yang dikeluarkan mencapai 130 juta.
"Kelud ini letusannya besar-besar. Dibandingkan dengan Sinabung, lebih ngeri Kelud ini," ucap Gede.
Sebelum Kelud meletus, semalam, PVMBG memprediksi material letusannya lebih dari 100 juta meter kubik. Material yang dikeluarkan berupa abu, batu, lava pijar, serta awan panas guguran.
Material itu diperkirakan akan mengarah ke barat dengan jarak lebih dari 15 kilometer. Sedangkan awan panas guguran akan mencapai enam kilometer.
(Tri Kurniawan)