JAKARTA - Pihak kepolisian diharapkan tidak bertindak emosional dalam menghadapi para suporter. Hal tersebut terkait bentrok antara superter Persija Jakarta (Jakmania) dengan sejumlah polisi di KM 66 Tol Jakarta-Karawang.
"Kalau sudah di lapangan, pihak kepolisian seharusnya menahan diri. Teknik pencegatan massa diubah jangan selalu dengan cara kekerasan harus lebih arif. Polisi jangan melakukan kekerasan," kata pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar saat berbincang dengan Okezone, Minggu (11/5/2014).
Dia menambahkan bentuk komunikasi dengan suporter atau massa harus dengan persuasif, jangan hanya mengandalkan sikap represif. "Harus komunikasi lebih persuasif, untuk dapat menenangkan massa," terangnya.
Jika memang massa tidak dapat diatasi, lanjutnya, maka polisi dapat melakukan pembelaan diri. "Kalau memang sudah menyerah tidak usah dipukuli, jangan sampai ada kekerasan emosional," tukasnya.
Sebelumnya bentrokan dengan kelompok suporter Persija Jakarta, The Jak Mania di KM 66 Tol Jakarta-Karawang, menyebabkan satu orang Jakmania dikabarkan terluka terkena tembakan peluru karet.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Okezone, Kamis (8/5/2014), kejadian tersebut berawal saat rombongan bus yang membawa sekira 2.000 suporter melintas di ruas tol Cikampek menuju Bandung untuk menonton pertandingan Liga Super Indonesia Persib melawan Persija. Namun, di KM 66 rombongan tersebut dihadang oleh polisi dan menyuruh rombongan suporter kembali ke Jakarta.
Para Suporter The Jakmania tidak diizinkan melanjutkan perjalanan ke Bandung. Rombongan pun dialihkan ke kawasan Industri Dawuan. Namun, para suporter tetap ingin melanjutkan perjalanan menuju Bandung, lantaran berdasarkan kesepakatan di Bogor, The Jakmania diizinkan untuk menonton laga Persib vs Persija.
Suporter pun akhirnya turun dari Bus dan kemudian terjadilah bentrokan dengan polisi.
(K. Yudha Wirakusuma)