NOUAKCHOTT - Presiden incumbent Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz memenangi pemilihan presiden (Pilpres) di negaranya. Tidak hanya menang, Aziz mendapat suara mayoritas sebanyak 81,89 persen.
Kemenangan Aziz ternyata dilingkupi oleh tuduhan kecurangan dari lawan politiknya. Bahkan, demi meneriakan perlawanan terhadap Aziz, sejumlah rival tokoh kudeta ini memutuskan untuk memboikot pilpres.
Dilansir dari Middle East Online, Selasa (24/6/2014), walau kencang meneriakan perlawanan atas hasil pilpres, dipastikan rival dari Aziz hanya bisa gigit jari.
Hal ini karena rival terdekat Aziz, seorang pengacara anti-perbudakan di Mauritania hanya mendapat suara 8,67 persen.
Hasil lebih nahas didapat oleh dua pesaing Aziz lain Ibrahima Moctar Sarr dan Lalla Mariem Mint Moulaye Idriss. Kedua saingan Aziz ini masing-masing cuma memperoleh 4,44 persen dan 0,49 persen suara.
Melihat keberhasilannya, Aziz segera angkat bicara. Diyakininya, kerja keras dia dan pemerintah Mauritania melawan Al Qaeda merupakan kunci dari kemenangan mutlaknya dalam pemilu.
Aziz merupakan presiden kontroversial di Mautitania. Pasalnya, demi merebut kursi presiden, Aziz harus merancangkan kudeta pada 2008.
(Andreas Gerry Tuwo)