"Mbah Wahab meminta kepada Jepang agar tentara cadangan ini tidak dikirim dalam perang Asia Timur Raya. Mereka harus berada di Indonesia. Dalam waktu yang cukup dekat, tentara Hizbulloh berkembang menjadi 500 ribu tentara yang strukturnya seluruh Indonesia," jelas Cak Anam.
Sayangnya, tidak banyak literatur yang menjelaskan, siapa sosok Zainul Arifin ini. Kata Cak Anam, sistem penjajahan Jepang memang berbeda dengan Belanda. Belanda lebih mengakomodir kaum bangsawan atau ningrat.
Sementara Jepang lebih mengakomodir kalangan kiai dan santri. Itulah alasannya kenapa diplomasi Mbah Wahab terkait pembentukan tentara cadangan disetujui oleh pihak Jepang.
Di bawah kepemimpinan Panglima Zainul Arifin melatih pasukan Sabililah. Pasukan inilah yang menarik masyarakat sipil untuk ikut berjuang untuk merebut kemerdeakaan Indonesia.
Pasukan Sabililah ini terpusat di Masjid Blimbing, Malang di bawah kepemimpinan KH Masykur. Baik Hizbullah maupun Sabilillah tetap dalam komando KH Wahab Chasbulloh.