Hasrat Inen Rusnan "si Perekam Sejarah" Hadiri Peringatan KAA

Oris Riswan, Jurnalis
Rabu 15 April 2015 13:04 WIB
Inen Rusnan, sang perekam sejarah KAA (foto: Oris Riswan/Okezone)
Share :

BANDUNG - Sosok Inen Rusnan sebagai fotografer Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 silam jelas sangat penting. Tanpa Inen dengan keahliannya yang langka saat itu, beragam momen KAA mungkin tak akan pernah terdokumentasikan.

Kini, Inen hanya bisa mengenang masa lalunya sebagai perekam sejarah. Bahkan di tengah hiruk-pikuk dan serba sibuknya persiapan jelang peringatan KAA ke-60, Inen hanya bisa duduk di rumah sederhananya di kawasan Cipaganti, Kota Bandung.

Sebagai salah seorang pelaku sejarah saat itu, Inen sangat berhasrat ingin hadir langsung dalam peringatan KAA. Ia ingin mengenang masa lalunya sekaligus jadi bagian dari peringatan KAA ke-60.

Tapi sejauh ini, cita-cita itu bisa dipupuk Inen, sebab ia belum menerima undangan resmi untuk hadir langsung dalam peringatan nanti. "Sekarang kan mau HUT ke-60 KAA. Tapi sampai detik ini belum ada angin-angin (tanda mau diundang)," kata Inen.

Sebagai saksi sejarah, Inen hanya ingin dihargai. Bukan dengan materi, tapi dengan penghargaan berupa diundang pada peringatan HUT KAA. "Saya hanya mengatakan nasib pelaku (sejarah KAA) yang masih ada ini apakah dilupakan atau terlupakan," ungkapnya.

Kalaupun ia pada akhirnya ternyata tidak diundang, pria 78 tahun itu mungkin hanya akan duduk di rumah. Sebab selama ini ia memang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Jika ia tidak diundang, ia menganggap itu sebagai hal biasa.

"Mau diundang atau tidak juga tidak apa-apa. Saya hanya mendoakan semoga Allah SWT memberi kelancaran dalam penyelenggaraan nanti," ujarnya.

Dalam masa tuanya, Inen tidak mendapatkan uang pensiunan karena selama masa hidupnya ia hanya fotografer lepas. Ia bukan PNS atau pun pegawai swasta.

Tapi, jika menilik perjalanan sejarah, sosok Inen jelas tak bisa dilupakan begitu saja. Ia bahkan pernah bertemu orang Jepang beberapa waktu lalu yang mengetahui sepak terjangnya sebagai bagian dari kesuksesan KAA.

"Dia bilang kalau di Jepang orang seperti saya hidupnya sudah enak, semuanya ditanggung oleh negara," jelasnya.

Tapi lagi-lagi buat Inen hal itu tak perlu dipersoalkan. Yang terpenting, selama hidupnya Inen mengaku ikhlas mengabdikan dirinya untuk negara meski dengan cara berbeda.

Selama hidupnya, Inen berprofesi sebagai fotograger. Ia sering memotret berbagai kegiatan penting sejak 1954 hingga berpuluh-puluh tahun. Hasil fotonya dikirim ke berbagai surat kabar lokal dan nasional. Dari situlah Inen mendapatkan uang sebagai satu-satunya pekerjaan.

Bukan hanya sebagai fotografer lepas, Inen dulu juga sering diminta sebagai fotografer untuk kegiatan penting pemerintahan. Sudah tak terhitung lagi pejabat yang ia potret, mulai dari Soekarno, Soeharto, beberapa gubernur Jawa Barat, beberapa bupati dan wali Kota Bandung, pejabat Kodam III/Siliwangi, serta banyak pejabat lainnya.

Baginya, profesi sebagai fotografer adalah sebuah pengabdian. Lewat foto-fotonya, Inen ingin mengabadikan berbagai sejarah penting negeri ini.

(Risna Nur Rahayu)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya