MEMPERTAHANKAN Proklamasi 17 Agustus 1945, tak hanya dilakukan di medan perang, tapi juga arena diplomasi internasional.
Perdana Menteri (PM) Sutan Sjahrir berpikir keras, bagaimana caranya untuk menembus blokade ekonomi Belanda, menyanggah propaganda Belanda soal krisis ekonomi dan pangan, sekaligus menegaskan pengakuan dunia internasional terhadap kedaulatan RI.
Medio 1946, Belanda tengah ketat-ketatnya memblokade RI untuk bisa berdagang dengan negara lain. Sjahrir pun mencetuskan inisiatif yang di kemudian hari sangat vital dan cemerlang buat pengakuan RI terhadap negara-negara lain, terutama sesama bangsa Asia, yakni lewat “diplomasi beras”.
Tentunya pemerintah RI harus meyakinkan dulu pada segenap rakyat untuk mau merelakan sejumlah beras saat itu, untuk dikirim sebagai bantuan kepada salah satu negara sahabat, India. Hal itu juga disampaikan pada Jawaharlal Nehru pada 13 Mei 1946.