NEW YORK – Pernyataan whistleblower dari lembaga keamanan nasional Amerika Serikat (National Security Agency/NSA) memunculkan sebuah teori konspirasi baru mengenai peristiwa runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001. Thomas Drake dan Kirk Wiebe, dua orang whistleblower NSA mengatakan bahwa Pemerintah AS seharusnya telah mengetahui bahwa pembajakan pesawat dan serangan yang terjadi di beberapa lokasi penting di AS akan terjadi pada hari itu, dan sengaja menutupinya.
Pada 2000, salah satu dari lima orang pelaku pembajakan Pesawat American Airlines 77 yang kemudian ditabrakkan ke markas Departemen Pertahanan AS, Pentagon, Khalid al Mihdhar, masih tinggal di San Diego, AS. Beberapa bulan sebelum melakukan aksinya, dia melakukan beberapa panggilan telefon menelefon ke Yaman dari apartemennya di California.
Khalid menghubungi salah satu pusat operasi Pemimpin Kelompok Al Qaeda, Osama bin Laden, di Sanaa, Yaman, yang telah menjadi target operasi intelijen AS pada saat itu. Fakta itu juga telah diakui oleh Presiden Barack Obama dalam pidatonya pada 2014, namun dia berkilah bahwa NSA tidak mengetahui telefon itu datang dari seseorang yang berada di AS.
“Salah satu pembajak 9/11, Khalid al Mihdhar menelepon dari San Diego ke salah satu safehouse Al Qaeda di Yaman. NSA mengetahui telefon itu, tapi tidak dapat mengetahui bahwa panggilan itu datang dari seseorang yang telah berada di AS,” kata Obama saat itu.