"Yang mereka mampu manage itu puluhan tibu hektar saja. Sementara mereka punya ratusan izin. Inikan berbahaya sekali dalam manajemen pengelolaan sehingga berbahaya sekali dalam menimbulkan kebakaran," jelasnya.
Bencana kabut asap yang telah terjadi selama 18 tahun ini, menurut Chalid, ibarat keledai memikul kedelai. Sebab titik api dan wilayah yang mengalami bencana tersebut selalu sama bahkan mengalami peningkatan yang signifikan.
Setelah ditelusuri titik api meningkat karena laju konversi kawasan gambut menjadi wilayah pekerbunan, kelapa sawit ataupun hutan tanaman idustri meningkat. Ada juga kebakaran yang tidak di gambut tapi proporsi paling dominan di wilayah gambut.
"Lahan gambut jika mengalami kebakaran apinya sampai masuk ke dalam, berikut ada operasi pemadaman, apinya padam asap akan mengepul ke udara. Di dalam apinya terus ada seperti bara dalam gambut. Jadi ada tren peningkatan seiring dengan peningkatan konversi kawasan," pungkasnya.
(Randy Wirayudha)