JAKARTA - Salim Kancil, seorang aktivis tani yang tewas di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur, diduga dibunuh lantaran ngotot menolak tambang pasir ilegal di wilayah tersebut.
Staf Divisi Advokasi Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Ananto Setiawan menjelaskan, penolakan terhadap perusahaan tambang pasir ilegal sudah berlangsung selama dua tahun terakhir karena dinilai merugikan warga sekitar.
"Sebenarnya penolakan tersebut sudah terjadi dua tahun terakhir, sudah dilaporkan, tapi tidak ada respons dari pemerintah yang berarti," ujar Ananto saat berbincang dengan Okezone, di Jakarta, Selasa (29/9/2015) malam.
Ananto memaparkan, awalnya daerah tersebut akan dijadikan wisata bahari oleh pihak pemerintah setempat, namun sebaliknya dua bulan berlalu, daerah tersebut justru dimasuki banyak perusahaan tambang ilegal. Alhasil warga kecewa dan melakukan penolakan keras kehadiran mereka.
"Di awal 2015 dikumpulin semua kepala desa dengan menjanjikan bahwa daerah tersebut akan dibuat wisata bahari. Namun, dua sampai tiga bulan tidak jadi wisata bahari malah banyak tambang pasir, dari situ warga merasa dibohongi," kisah Ananto.
Selanjutnya, karena warga kecewa terhadap perusahaan penambang pasir ilegal yang banyak merugikan masyarakat sekitar, akhirnya warga bersama Salim Kancil menggelar aksi penolakan, dan aksi itu direspons oleh oknum dengan mengintimidasi warga.