Betapa tidak, Leopard adalah sosok yang pandai meracik bom dengan bahan peledak high eksplossive jenis Triaceton Triperoxide (TATP). Leopard melakukan empat kali pengeboman di Alam Sutera meski tidak semua meledak, sejak meletus bomnya di toilet Mal Alam Sutera jelas telah melahirkan teror yang meluas, rasa tidak aman bagi publik.
“Dan teror menjadi cara untuk meraih kepentingan opurtunisnya (melakukan pemerasan). Maka jika konsisten dengan nafsu untuk menarik kasus ini ke isu terorisme, maka apa sulitnya untuk menyebut Leopard teroris? Saya pikir istilah teroris lonewolf (serigala sendirian) adalah tepat,” terangnya.
Teroris di Indonesia, sambung dia, tidak lagi harus karena teologi beku yang dianut pelakunya, juga tidak harus kerena soal imperialisme Amerika di Indonesia. Semua asumsi di atas, menurut dia, menemukan relevansinya pada sosok Leopard Wisnu Kumala.
“Leopard sosok teroris lonewolf yang membuyarkan semua narasi teori terorisme yang dicekokkan ke publik selama ini. Publik sekarang perlu waspada, bisa jadi seorang yang tidak punya iman dan moral kontrol diri yang baik kemudian ia patah hati dalam urusan asmara juga potensial menjadi teroris. Terorisme sepertinya sudah menjadi jalan baru dan jalan pintas untuk meraih kepentingannya. Sosok Leopard menjadi penanda sejarah penting dalam isu terorisme di Indonesia,” tutupnya.
(Muhammad Saifullah )