"Kita ingin punya pesawat banyak, tidak apa-apa dikatakan hibah, lima pesawat pertama datang, kecelakaan satu, yang kedua juga ada insiden, jadi kita pakai delapan. Tahap ketiga harusnya sudah berangkat Agustus-September tapi tidak ada mesin. Lebih baik mundur," sambungnya.
Sebab itu, TNI AU menginginkan pembelian alutsista yang baru dan lengkap. Terlebih saat menjadi penerbang, Agus mengenang pernah mengalami dua insiden kecelakaan yang hampir membuatnya tewas.
"Kita harus beli baru dan lengkap, ini pesawat tidak bisa main-main. Saya ngalami dua kali, satu landing pakai pelontar, satu pakai mendarat darurat," pungkasnya.
(Arief Setyadi )