Joan of Arc-nya Ukraina Siap Jadi Presiden Gantikan Poroshenko

Randy Wirayudha, Jurnalis
Jum'at 10 Juni 2016 18:40 WIB
Nadiya "Nadezhda" Viktorivna Savchenko (kanan) siap gantikan Petro Oleksiyovych Poroshenko sebagai Presiden Ukraina (Foto: Valentyn Ogirenko/REUTERS)
Share :

KYIV – Sejak menjadi pilot, hingga ditangkap dan kemudian dibebaskan Rusia, Nadiya ”Nadezhda” Savchenko kini masuk dunia politik. Perjuangannya menentang invasi Rusia di Krimea bukan lagi dengan senjata, tapi dengan politik.

Bahkan wanita kelahiran Kyiv 35 tahun lampau itu mengaku siap jika harus terus mendaki karier politik, hingga kursi jabatan Presiden Ukraina yang saat ini diduduki Petro Poroshenko – demi mengentaskan misinya.

“Saya memandang diri saya sebagai seorang pilot – saya mencintai pekerjaan ini. tapi saat ini saya punya utang yang besar terhadap rakyat Ukraina dan saya siap membayarnya,” seru Savchenko, seperti dinukil Telegraph, Jumat (10/6/2016).

“Semua bergantung pada rakyat Ukraina, mereka akan menunjukkan jalannya. Saya siap bekerja di manapun demi membuat Ukraina lebih kuat. Jika saya harus jadi presiden, maka saya akan jadi presiden. Tapi saya tak punya ambisi kekuasaan. Itu semua bergantung di tangan rakyat,” tambah Joan of Arc-nya Ukraina tersebut.

Meski sudah beralih ke jalur politik, tapi ternyata Savchenko masih gemar ‘blusukan’ mengunjungi unit-unit militer Ukraina di garis depan, seperti yang dilakukannya awal pekan lalu di Slaviansk.

Savchenko juga punya pesan terhadap para kelompok yang memisahkan diri dari Ukraina di Donetsk dan Luhansk. “Sementara mereka memisahkan diri, saya ingin mereka ingat bahwa mereka bagian dari bangsa Ukraina, kita satu darah. Saya ingin membangunkan kesadaran mereka,” lanjut Savchenko.

“Saya ingin mereka mengatakan pada Rusia, bahwa Rusia jangan ikut campur lagi karena Rusia tak melindungi mereka. Rusia sudah menumpahkan darah di negara kita. Saya ingin mereka ingat bahwa kita semua satu darah dan saya ingin membuat mereka paham, bahwa tak boleh ada Rusia dalam negosiasi ini,” sambungnya lagi.

“Saya sudah 12 tahun jadi tentara, itu jadi profesi saya. Tapi jika seorang prajurit tidak menginginkan perdamaian di dalam jiwanya, maka dia bukan lagi prajurit – dia pembunuh. Seorang prajurit berperang demi perdamaian,” tuntas Savchenko.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya