Pengamat Sebut Referendum Thailand Makin Kuatkan Junta Militer

Emirald Julio, Jurnalis
Minggu 07 Agustus 2016 13:26 WIB
Foto ilustrasi bilik suara pada pemungutan suara referendum Thailand (Foto: The Guardian)
Share :

BANGKOK – Pemungutan suara melalui referendum Thailand disebut dapat semakin menguatkan pihak junta militer. Referendum tersebut juga ditengarai akan kian melemahkan demokrasi di Thailand.

Banyak pihak menilai, referendum ini sendiri tidak akan memiliki efek langsung dalam politik dalam negeri Thailand. Sebab pihak junta militer akan tetap memegang tongkat kekuasaan di Negeri Gajah Putih pascareferendum Thailand.

Seorang pengamat studi Asia Tenggara dari Institute of Southeast Asian Studies (Iseas), Prajak Kongkirati mengatakan, hal terpenting saat ini adalah sentimen dari pemungutan suara tersebut. Menurutnya, jika tidak berhati-hati, Thailand dapat menuju negara semi-otoriter. Pasalnya, hasil referendum Thailand ini juga akan memengaruhi pemilihan terbuka yang diadakan di 2017.

“Jika naskah dari konstitusi lolos referendum tersebut (maka) Thailand akan bergerak menjadi negara semi-otoriter yang dituntun oleh pihak militer. Hasil seperti ini (cenderung) akan makin meningkatkan kepemimpinan Junta,” tegas Kongkirati.

Sebaliknya, imbuh Kongkirati, bila jumlah suara yang menolak referendum Thailand sangat banyak, maka hasil tersebut akan mengurangi legitimasi pihak junta dan para elite tradisional yang mendukung rezim saat ini. “(Terkait penolakan referendum) hal ini juga akan mengirim sinyal kuat kepada pihak junta bahwa mereka tidak bisa memaksakan sebuah rezim politik baru tanpa proses partisipatif yang murni (bukan paksaan),” tandasnya.

(Ahmad Taufik )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya