TEPAT pada 19 Agustus 1945, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia berdiri. Bisa dibilang, Kemlu adalah salah satu kementerian yang usianya sebaya dengan Republik Indonesia. Almarhum Ahmad Soebarjo ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Luar Negeri pertama.
Selama 71 tahun berdiri, Kemlu mencatatkan sejumlah prestasi terutama dalam hal diplomasi. Sejumlah peristiwa ikonik pun mengiringi sejarah Kementerian yang beralamat di Jalan Pejambon No. 6 Jakarta Pusat itu.
Berikut sejumlah peristiwa ikonik yang dirangkum Okezone dalam rangka menyambut ulang tahun ke-71 Kementerian Luar Negeri, Jumat (19/8/2016):
1. Bantuan Beras kepada India
Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno bersama Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.
Pemberian bantuan beras Indonesia kepada warga India adalah bentuk diplomasi pertama Kementerian yang kala itu masih seumur jagung. Pada Agustus 1946, Indonesia mengirimkan bantuan beras bagi warga India yang tengah dilanda bencana kelaparan.
Itikad baik Indonesia itu dibalas dengan tidak kalah baiknya oleh India. Bekas jajahan Inggris itu mengirimkan obat-obatan, pakaian, dan mesin yang dibutuhkan oleh Indonesia.
2. Konferensi Asia Afrika
Upacara pembukaan Konferensi Asia Afrika 18 April 1955. (Foto: AP)
Memang Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18 April 1955 terselenggara berkat inisiatif mula-mula Perdana Menteri Ceylon (Sri Lanka) Sir John Kotelawala. Namun, tanpa koordinasi dari Menteri Luar Negeri Indonesia Soenario, KAA tidak akan pernah terselenggara di Bandung.
KAA 1955 menjadi awal dari kerjasama ekonomi antara Asia-Afrika dan perlawanan terhadap kolonialisme. KAA juga menjadi kekuatan moral bagi para pejuang bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk memperoleh kemerdekaannya dari tangan penjajah.
3. Berdirinya Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN)
Penandatanganan Deklarasi Bangkok, 8 Agustus 1967
Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 menjadi ide dasar berdirinya ASEAN. Lima negara, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan memajukan perdamaian serta stabilitas di kawasan.
Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu Adam Malik turut menandatangani Deklarasi Bangkok. Pengakuan peran Indonesia sebagai salah satu negara pendiri adalah dengan menjadi tuan rumah bagi Sekretariat ASEAN yang berlokasi di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
4. Penyelesaian Konflik Kamboja
Perjanjian Damai Paris yang mengakhiri konflik di Kamboja, 23 Oktober 1991.
Indonesia memiliki peran penting dalam penyelesaian konflik Kamboja yang terjadi pada dekade 1980. Indonesia -sebagai wakil ASEAN- dan Vietnam menyetujui diadakannya pertemuan informal antara pihak-pihak yang bersengketa di Jakarta. Pertemuan itu akhirnya terwujud pada Juli 1988 di Istana Bogor, yang dihadiri Menlu RI, Vietnam, pemimpin empat faksi di Kamboja.
Setelah melalui serangkaian pertemuan informal yang disponsori Indonesia, keempat faksi yang bertikai di Kamboja akhirnya sepakat untuk berdamai. Mereka menandatangani Perjanjian Paris pada 23 Oktober 1991 di mana Indonesia adalah salah satu pihak yang ikut serta dalam perjanjian tersebut.
5. Penyelesaian Konflik Berdarah Filipina Selatan
Pemberontak MNLF.
Hingga hari ini, warga Filipina Selatan menaruh hormat setinggi-tingginya kepada Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik berdarah yang merongrong wilayah tersebut selama puluhan tahun.
Indonesia memfasilitasi pertemuan informal antara Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dengan pemerintah Filipina di Cipanas, Jawa Barat pada April 1993. Pertemuan tersebut dilangsungkan atas inisiatif Presiden Soeharto dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Keduanya juga berperan sebagai pemimpin perundingan tersebut.
Demikian lima rangkuman peristiwa ikonik yang mewarnai perjalanan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Semoga dalam tahun-tahun mendatang Kementerian Luar Negeri tetap menjadi garda terdepan dalam diplomasi Indonesia. Selamat ulang tahun, Kementerian Luar Negeri!