Pengamat: Trump Lebih Pragmatis dan Terbuka pada Demokrasi Indonesia

Silviana Dharma, Jurnalis
Jum'at 14 Oktober 2016 22:00 WIB
Pengamat sebut Trump lebih terbuka dengan sistem demokrasi Indonesia (Foto: Okezone/Silviana Dharma)
Share :

JAKARTA - Lembaga Penelitian dan Pemikir (Think Thank) Amerika Serikat (AS) yang berbasis di Washington DC, Pew Research Center melihat pemilu presiden tahun ini menghadirkan kandidat yang terbilang kontras jauh. Hillary Clinton yang mewakili Demokrat adalah politisi senior, sedangkan capres usungan Republik, Donald Trump adalah pendatang baru di dunia politik.

Selain dari segi latar belakang, kesenjangan juga terlihat dari pandangan mereka soal kebijakan. Kampanye Trump maupun Hillary tak dapat dipungkiri telah memecah belah suara partai hingga publik di AS hampir sama besar jika ditinjau dari jajak pendapat nasional yang menunjukkan perbedaan hanya empat persen untuk keunggulan Hillary.

Oleh karena itu dampak dari pilpres AS sangat besar bagi visi jangka panjang dan kelangsungan generasi di dalam maupun luar negeri. Sebagaimana presiden selaku eksekutif juga memegang peranan penting dalam meloloskan beberapa kebijakan.

"Jika presidennya cocok dengan kongres dan senat, maka itu akan menjadi bonus tersendiri bagi kandidat yang menang. Akan tetapi, jika seperti Presiden Barack Obama yang hanya memenangkan Gedung Putih tapi tidak di parlemen dan kongres, hal itu akan menyulitkan jalannya pemerintahan," ujar akademisi program doktoral ilmu politik dari University of Notre Dame, Nathanael Gratias Sumaktoyo dalam forum diskusi at America, SCBD, Jakarta pada Jumat (14/10/2016).

Pertanyaan yang sama berlaku dalam hal lobi-lobi dan kecocokan presiden AS dengan pemimpin negara lain. Khususnya di Indonesia, kandidat manakah yang akan klop untuk berdiskusi dan diajak kerjasama dengan Presiden Joko Widodo.

Sumaktoyo pun menjelaskan, kecocokan antara kepala negara yang penting adalah ideologinya. Antara Hillary dan Trump, pemuda berdarah Indonesia yang menempuh studi ilmu politik di AS tersebut dengan yakin menjawab yang kedua.

"Trump itu pebisnis, jadi cara berpikirnya praktis. Kalau Hillary, dia sudah punya pemikiran yang mantap sehingga pertimbangannya banyak. Jadi saya kira, Trump kalau berdialog dengan Jokowi nanti cenderung akan bersikap lebih pragmatis dan terbuka dengan demokrasi di Indonesia," ucapnya.

Di samping itu, dia meyakini Trump bisa banyak belajar dari Indonesia. "Dia bisa datang ke sini, mengamati toleransi agama kita, bagaimana kita terdiri dari beragam suku budaya juga seperti di AS, tetapi bisa hidup rukun. Ya, kalau Trump jadi presiden, dia akan lebih banyak belajar daripada Hillary," tutupnya.

(Ahmad Taufik )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya