Sumaktoyo pun menjelaskan, kecocokan antara kepala negara yang penting adalah ideologinya. Antara Hillary dan Trump, pemuda berdarah Indonesia yang menempuh studi ilmu politik di AS tersebut dengan yakin menjawab yang kedua.
"Trump itu pebisnis, jadi cara berpikirnya praktis. Kalau Hillary, dia sudah punya pemikiran yang mantap sehingga pertimbangannya banyak. Jadi saya kira, Trump kalau berdialog dengan Jokowi nanti cenderung akan bersikap lebih pragmatis dan terbuka dengan demokrasi di Indonesia," ucapnya.
Di samping itu, dia meyakini Trump bisa banyak belajar dari Indonesia. "Dia bisa datang ke sini, mengamati toleransi agama kita, bagaimana kita terdiri dari beragam suku budaya juga seperti di AS, tetapi bisa hidup rukun. Ya, kalau Trump jadi presiden, dia akan lebih banyak belajar daripada Hillary," tutupnya.
(Ahmad Taufik )