Enam tahun mencari peruntungan di negeri orang, Barrow memutuskan pulang ke kampung halamannya. Di Gambia, dia berharap bisa membangun usaha propertinya sendiri. Perusahaan itu hingga saat ini masih dikelola olehnya.
Pada 2016, Barrow mencalonkan diri dalam pilpres. Pria 51 tahun itu lantas memenangkan nominasi dan memimpin koalisi oposisi terbesar yang pernah ada sejak Gambia merdeka, dengan total tujuh partai yang mendukungnya.
Seperti Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, Barrow juga tidak pernah berkecimpung di dunia politik dan pemerintahan sebelumnya. Akan tetapi, dia berjanji akan membangkitkan perekonomian negara yang terpuruk,
Dia juga aktif mengkritik soal kebijakan negara yang dianggapnya kurang efektif. Menurutnya, pemerintahan demokratis yang stabil bisa diperoleh dengan masa kepresidenan tiga periode, alih-alih hanya dua periode kepemimpinan.
(Silviana Dharma)