"Banyak kalangan meminta bantuan serupa di bidang budaya dan olahraga. Kami sendiri tidak pernah memberi donasi sebagai upaya mendapat balasan (quid pro quo). Kasus ini sama saja," ujar Lee, seraya menambahkan, ia malu dengan situasi ini dan muncul ke publik dengan berat hati.
Samsung mendonasikan 20,4 miliar won (sekira Rp232,8 miliar) kepada dua yayasan, seperti yang dilakukan kebanyakan perusahaan besar lainnya di Korsel. Tim Kejaksaan Korsel menggerebek kantor-kantor perusahaan tersebut bulan lalu.
"Saya akan menanggung semua tanggung jawab terkait situasi ini, baik secara hukum maupun etika, jika hal tersebut memang ada," imbuh Lee. Pria 48 tahun itu merupakan pemimpin generasi ketiga dalam konglomerasi terbesar di Korsel. Ia mendapat cecaran pertanyaan paling banyak sepanjang dua jam pertama pertemuan tersebut.
Para konglomerat Korsel telah mendominasi perekonomian di Korsel, yang disebut terkuat keempat di Asia. Mereka bekerja sama erat dengan pemerintah dalam sebuah sistem yang memungkinkan Korsel bangkit kembali pasca-kerusakan akibat Perang Korea pada 1950-1953. Meski demikian, para kritikus menyebut, perlu ada reformasi, termasuk meningkatkan perbaikan kerja pemerintah dan transparansi.
Pertemuan dengan Parlemen Korsel juga dihadiri Ketua Dewan Hyundai Motor Group Chung Mong-koo (78). Ia datang bersama anak laki-laki dan calon penggantinya, Vice Chairman Chung Eui-sun. Sidang dengar pendapat hari ini sendiri menjadi pertemuan pertama yang didatangi kelompok besar pemimpin perusahaan Korsel.