Jika Muslim Rohingya Terus Ditekan, Selat Malaka Berpotensi Tegang

Wikanto Arungbudoyo, Jurnalis
Rabu 07 Desember 2016 11:01 WIB
Ilustrasi. Muslim Rohingya di Myanmar. (Foto: Time)
Share :

NUSA DUA – Mantan Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menjalin komunikasi dua arah dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak beberapa waktu lalu. Najib menyampaikan bahwa masalah krisis Rohingya sudah menjadi urusan kawasan Asia Tenggara, tidak hanya urusan dalam negeri Myanmar semata.

“Najib khawatir jika Muslim Rohingya terus menerus ditekan oleh Myanmar, mereka akan menjadi radikal (mengalami radikalisasi). Jika demikian, maka kawasan Selat Malaka akan mengalami ketegangan. Bisa saja nantinya malah menjadi seperti (militan) Somalia baru,” tutur Surin Pitsuwan dalam Seminar Internasional Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) 2016 di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/12/2016).

Sebagaimana diberitakan, militer Myanmar meningkatkan aktivitasnya di Negara Bagian Rakhine sejak serangan terhadap pos penjagaan perbatasan pada Oktober 2016. Militer Myanmar dituduh melakukan penyiksaan terhadap etnis minoritas Rohingya. Akibatnya, ribuan Muslim Rohingya harus melarikan diri dari Rakhine menuju Bangladesh.

Konflik semakin pelik ketika militer Myanmar “mengunci” perbatasan untuk menekan kelompok militan separatis Rohingya. Nahasnya, mereka yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh dengan menggunakan perahu, malah dikembalikan ke Myanmar. Aksi militer yang mengunci perbatasan tersebut menuai protes dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bali Civil Society and Media Forum adalah rangkaian acara jelang Bali Democracy Forum 2016. Keduanya berlokasi di Nusa Dua, Bali. BCSMF diadakan dari 6-7 Desember, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara BDF pada 8-9 Desember.

BCSMF mengangkat tema 'Demokrasi Islam, Tantangan Pluralisme dan Keamanan'. Sementara BDF IX lebih berfokus mengusung topik 'Agama, Demokrasi, dan Pluralisme'.

(Silviana Dharma)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya