BANJUL - Pemerintah Inggris melalui departemen pariwisata atau The Foreign and Commonwealth Office (FCO) mengevakuasi hampir 1.000 warganya yang tengah berwisata di Gambia. Langkah tersebut diambil akibat konflik politik yang terus memanas di Gambia.
Diwartakan ITV, Kamis (19/1/2017) ratusan warga Inggris yang baru saja tiba di Gambia langsung diminta kembali ke Inggris. Evakuasi tersebut dilakukan demi keselamatan para turis. Bandara Internasional Gambia dilaporkan disesaki ratusan warga Inggris yang mengantre untuk naik pesawat.
"Ku pikir aku dan keluargaku akan menikmati liburan yang tenang. Namun, sekarang semua orang berubah panik," ujar salah satu turis yang tidak disebutkan namanya.
Gambia sendiri diketahui merupakan salah satu negara tujuan utama wisatawan asal Inggris. Para turis dilaporkan dievakuasi menggunakan pesawat dari Maskapai Thomas Cook.
Antrean Turis Inggris di Bandara Gambia. (Foto: ITV)
Sebelumnya, situasi Gambia menjadi tidak kondusif setelah presiden petahana Yahya Jammeh yang kalah dalam pemilu menolak turun dari jabatannya. Akibat ulah Jammeh tersebut, kini Gambia tengah didera pertikaian politik. Presiden terpilih Adama Barrow yang seharusnya dilantik 19 Januari 2017 terpaksa bersembunyi di Senegal, Afrika Barat demi menjaga keselamatannya.
Keputusan keras kepala dari Jammeh tersebut telah dikecam negara-negara Afrika Barat yang tergabung dalam organisasi Masyarakat Ekonomi Afrika Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS). Tentara Senegal mengaku siap melancarkan invasi ke Gambia jika kesepakatan politik tak kunjung disepakati.
Sementara itu, Parlemen Gambia telah melakukan pemungutan suara untuk menentukan nasib konstitusi. Dalam pemungutan suara tersebut didapat keputusan bahwa masa jabatan Presiden Yahya Jammeh akan diperpanjang menjadi tiga bulan. (rav)