NEW YORK - Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo membantah kekhawatiran pejabat etik di Amerika Serikat bahwa presiden terpilih mereka, Donald Trump rentan konfilk kepentingan. Rasa khawatir itu wajar, karena seperti diketahui Trump lebih dikenal dengan latar belakangnya sebagai pengusaha sukses alih-alih di dunia politik.
"Kami tidak membuat kesepakatan bisnis baru sejak Trump memutuskan ikut pemilihan presiden. Jadi saya rasa, dia cukup tahu menempatkan diri dan tidak akan terjebak konflik kepentingan. Sebab hal itu hanya bisa terjadi jika dia menang pemilu lalu menambah proyeknya. Itulah ruang abu-abunya. Tapi dia enggak, kerjasama kami telah berlangsung jauh sebelum itu, awal 2015," terangnya kepada Reuters, Kamis (19/1/2017).
Trump sendiri dalam konferensi pers pertamanya sejak terpilih, berjanji tidak akan membuat kesepakatan bisnis baru dengan pihak asing selama dirinya menjabat sebagai Presiden ke-45 AS. Pada kesempatan yang sama, dia mengumumkan seluruh asetnya untuk sementara waktu dialihkan kepada kedua putranya, Donald Trump Junior dan Eric Trump.
Hary Tanoe sudah membuktikan janji tersebut. Ketika dirinya menerima undangan khusus untuk menghadiri pelantikan Presiden AS, bukan Donald Trump lagi yang datang menyambutnya di Negeri Paman Sam. Bersama istrinya, Liliana Tanoesoedibjo, HT menikmati diskusi bisnis dan makan siang dengan anak-anak Trump di New York.
Seperti Trump, Hary Tanoe yang berlatar belakang miliarder di Indonesia belakangan juga menaruh minat pada dunia politik. Bedanya, dia memulai karier politiknya dari dasar dan kini berhasil mendirikan partai politiknya sendiri, yakni Perindo.
Ketika ditanya perihal hubungan Indonesia dan AS di bawah kepemimpinan Trump, pebisnis kelahiran Surabaya itu yakin tidak akan ada perubahan berarti. Kalau pun ada, dia justru melihatnya sebagai tren positif bagi perdagangan dunia.
"Ketika AS bersikap terlalu keras dengan negara-negara besar lain, seperti China dan Eropa. Situasi ini akan memungkinkan negara yang tertekan itu mencari lahan investasi baru, dan Indonesia berpotensi jadi tujuan investasi tersebut," ujarnya.
(Rahman Asmardika)