HARI ini merupakan peringatan tiga tahun hilangnya maskapai penerbangan Malaysia MH370. Seluruh awak pesawat dan penumpangnya yang berjumlah 239 orang hingga saat ini tidak jelas nasibnya. Jika mereka semua memang sudah meninggal, lalu di manakah mayatnya? Demikian juga pesawat sebesar itu, ada di mana bangkainya?
Pencarian besar-besaran telah dilakukan. Sejak 8 Maret 2014, sembilan negara yang merasa dirugikan dengan lenyapnya pesawat Boeing 777-200ER tersebut mengerahkan lebih dari 40 kapal militer, selam maupun patroli demi menemukan jejaknya. Bahkan helikopter dan 10 satelit Tiongkok juga ikut dalam pencarian ini. Namun apa hasilnya?
Pesawat Malaysia Airlines seharusnya berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia pada pukul 00.41 dan mendarat di Beijing, China dalam waktu enam jam. Namun menara kontrol (ATC) kehilangan kontak dengan mereka setelah pesawat lepas landas kurang dari sejam.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap, sekira pukul 01.07, pesawat yang membawa 12 awak kabin tersebut, tercatat mengirimkan transmisi ACARS terakhirnya. Pesan itu diterima oleh komputer di darat. Namun sebentar saja, semua kembali sunyi dan transmisi-transmisi selanjutnya diperkirakan tak terkirim.
Melansir BBC, Rabu (8/3/2017), komunikasi terakhir antara pesawat di udara dan ATC Malaysia terjadi sekira pukul 01.19. “Baiklah, Selamat Malam!” demikian pesan terakhir dari pilot sebelum radar komunikasi terputus atau memang sengaja dimatikan.
Untuk terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing, pesawat tersebut mengambil rute ke timur laut Kamboja dan Vietnam. Itu berarti mereka mengudara tepat di atas Laut China Selatan, sebelah selatan dari semenanjung Ca Mau di Vietnam. Di sinilah, pencarian mulanya difokuskan.
Akan tetapi, sebuah radar militer membuktikan bahwa pesawat itu tiba-tiba mengubah jalurnya dari yang seharusnya menuju utara menjadi barat. Pencarian pun dipindahkan ke bagian barat perairan Malaysia yang masih masuk kawasan Samudera Hindia.
Tidak dapat dipahami alasan pilot mengubah jalur penerbangannya. Sebab tidak ada cuaca buruk saat kejadian. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada 15 Maret 2014 membuka kemungkinan pesawat tersebut sengaja dialihkan oleh seseorang di dalam pesawat sejam setelah lepas landas.
Sepekan setelah menghilang, titik komunikasi terakhir MH370 dengan satelit terkuak. Sejak itu, pencarian diperluas secara dramatis hingga hampir tiga juta mil persegi jauhnya. Radius pencarian itu kurang lebih memuat 1,5% kawasan di permukaan bumi.
Simpang siur jatuhnya pesawat Malaysia Airlines terus menyulitkan fokus pencarian. Sinyal kotak hitam menjadi patokan, tetapi itu pun sangat rendah tangkapannya. Otoritas Malaysia yakin pesawat mereka jatuh di Samudera Hindia, barat daya perairan Australia. Namun berbulan-bulan mencari di lokasi tersebut, tidak satu pun puingnya ditemukan. Apalagi menemukan kotak hitam yang amat penting untuk mengetahui kejadian sebelum kecelakaan. Penemuan-penemuan penting akhirnya banyak berdatangan dari Benua Afrika.
Pencarian bawah laut yang dipimpin Australia juga tidak membuahkan hasil apapun selama dua tahun. Sebenarnya banyak orang mengaku menemukan serpihan pesawat MH370, tetapi setelah diteliti hasilnya nihil.
Sampai pada 29 Juli 2015, potongan pesawat sebesar 182 sentimeter ditemukan di pantai Reunion, St Andre, Madagaskar, Afrika Timur. Pada 5 Agustus tahun yang sama, PM Najib mengumumkan penemuan itu benar potongan dari pesawat yang hilang misterius. Penemuan tersebut dikonfirmasi juga oleh peneliti Prancis yang berwenang.
Potongan besar itu merupakan yang pertama kali ditemukan. Dan meskipun pencarian tetap dilakukan di perairan Negeri Kanguru, penemuan 20 serpihan lainnya terus terjadi di pesisir pantai Benua Hitam. Di antaranya, di Madagaskar dan Mozambique.
Pada November 2016, sayap pesawat MH370 ditemukan. Potongan tersebut menjadi penemuan paling signifikan yang meyakinkan peneliti bahwa pesawat itu jatuh secara cepat, keras dan tak terkendali di Samudera Hindia.
Harapan keluarga korban mengenai kepastian nasib MH370 dan para penumpangnya meningkat. Mereka mendesak pemerintah terus melakukan pencarian lebih jauh lagi. Sebab meski bangkai pesawatnya ditemukan, tidak satu jasad pun muncul ke permukaan. Namun apa yang terjadi justru sebaliknya, dua tahun lebih mencari tanpa hasil, pencarian dihentikan.
Pada Sabtu 4 Maret 2017, keluarga korban pesawat MH370 yang hilang misterius tiga tahun lalu, menuntut pemerintah melanjutkan pencarian. Kali ini, keluarga korban melakukan penggalangan dana sedikitnya USD15 juta untuk memungkinkan pencarian dilanjutkan.
“Kami akan terus berjuang, kami akan terus mencoba. Kami belum mendapatkan ketenangan pada titiuk ini. Sakit rasanya kehilangan orang yang kami sayang, dan ketidakpastian ini tidak kunjung sembuh seiring berjalannya waktu,” ucap Danica Weeks dari Australia yang suaminya ikut menjadi penumpang dalam penerbangan MH370 tersebut.
Korban terbanyak sekira 152 orang berasal dari China, 50 orang dari Malaysia, tujuh warga negara Indonesia, enam dari Australia, dan lima dari India. Sisanya berasal dari Perancis, Kanada, Iran, Hong Kong, Belanda, Selandia Baru, Amerika Serikat, Ukraina dan Taiwan.