Baru dua tahun menjabat sebagai Menteri, Anies terkena reshuffle kabinet. Jabatan Menteri berpindah tangan. Rupanya keputusan ini ramai dibicarakan masyarakat. Banyak yang menyayangkan keputusan ini
Tekadnya membangun masyarakat mengantarkannya memasuki dunia pemilihan kepala daerah Jakarta. Anies memutuskan turun tangan langsung membenahi Jakarta. Pada tanggal 23 September 2016, secara resmi dua partai besar, yaitu Gerindra dan PKS, mengusung nama Anies menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya, posisi calon gubernur akan diberikan kepada Sandiaga Uno, pengusaha yang namanya juga dikenal kalangan anak muda. Gerindra dan PKS membutuhkan waktu sekira delapan bulan untuk berembuk mengenai siapa yang akan mereka usung menjadi calon ketua dan wakil gubernur.
Sandi, yang saat itu digadang-gadang akan menjadi calon gubernur, meminta kedua partai pengusung untuk menjadikan Anies sebagai calon gubernur. Sandi mengatakan keputusan menggandeng Anies menjadi calon gubernur adalah keinginannya. “Kami adalah pasangan dwitunggal. Masing-masing punya kelebihan dan saling melengkapi,” kata Sandi
Ada tiga alasan utama mengapa akhirnya kedua partai mencalonkan Anies dan Bang Sandi. Pertama, mereka mempunyai integritas yang baik. Kedua, Anies-Sandi memiliki kapabilitas mumpuni dalam bidang masing-masing. Ketiga, keunikan basis masing-masing pendukung calon. Menurut Sandi, dirinya memiliki kekuatan dalam persoalan ekonomi, infrastruktur, membangun kesejahteraan masyarakat, menjaga kestabilan harga, serta menjaga agar ketimpangan sosial tidak berlanjut. Sedangkan kelebihan Anies menurut Sandi adalah piawai membangun kecerdasan bangsa, membangun kebahagiaan, dan festival gagasan.
Kini keduanya bergandengan tangan bertekad membangun Jakarta dengan penegasan yang paling penting, membangun warganya. Anies dan Sandi sepakat, tidak ada gunanya jika sebuah kota telah maju infrastrukturnya, namun warganya tidak ikut maju dan bahagia. Kebahagiaan ini ingin dibagi kepada semua warga Jakarta. Karena Ibu Kota bukan hanya milik kelas tertentu. Jakarta milik semua warganya.
(Ranto Rajagukguk)