JAKARTA - Banyak anak mengikuti jejak orangtua dalam hal pilihan karier. Banyak juga orangtua "memilihkan" jalan karier yang dirasa akan membuat si anak sukses. Namun tidak demikian prinsip Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, bagi kedua anaknya.
Pemilik gelar sarjana psikologi dan jurnalistik dari University of Queensland ini sempat mencicipi pekerjaan sebagai jurnalis di Australian Associated Press (AAP). Sepuluh tahun kemudian, ia memutuskan hijrah ke pemerintahan.
"Saya memutuskan untuk lebih terlibat dengan pemerintahan ketimbang hanya melihatnya dari jauh. Lalu saya pun bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Australia," ujar Dubes Grigson, dalam program Special Dialogue di Okezone, belum lama ini.
Sebelum menjadi duta besar, Grigson malang-melintang di dunia diplomasi antar-negara. Bergabung dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) pada 1991, berbagai jabatan penting pernah dijalaninya. Di antaranya, Direktur, Seksi Kebebasan Informasi dan Hubungan Parlemen (1992-1993); Penasihat, Kantor Menteri Luar Negeri (1992); dan Pejabat Penghubung Media (1991-1992).
Ia juga pernah menjadi Counsellor kemudian Wakil Duta Besar Australia di Kedutaan Besar Australia di Phnom Penh, Vietnam, (1993-1995) dan Kepala Negosiasi untuk Kelompok Pemantau Perdamaian di Bougainville (2000) dan Asisten Sekretaris, Kelautan, Bagian Asia Tenggara (2000-2003).