Dubes Australia Bebaskan Anak Pilih Karier

Rifa Nadia Nurfuadah, Jurnalis
Jum'at 14 April 2017 16:30 WIB
Dubes Australia untuk Indonesia Paul Grigson saat berkunjung ke kantor redaksi Okezone. (Foto: Arif P/Okezone)
Share :

JAKARTA - Banyak anak mengikuti jejak orangtua dalam hal pilihan karier. Banyak juga orangtua "memilihkan" jalan karier yang dirasa akan membuat si anak sukses. Namun tidak demikian prinsip Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, bagi kedua anaknya.

Pemilik gelar sarjana psikologi dan jurnalistik dari University of Queensland ini sempat mencicipi pekerjaan sebagai jurnalis di Australian Associated Press (AAP). Sepuluh tahun kemudian, ia memutuskan hijrah ke pemerintahan.

"Saya memutuskan untuk lebih terlibat dengan pemerintahan ketimbang hanya melihatnya dari jauh. Lalu saya pun bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Australia," ujar Dubes Grigson, dalam program Special Dialogue di Okezone, belum lama ini.

Sebelum menjadi duta besar, Grigson malang-melintang di dunia diplomasi antar-negara. Bergabung dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) pada 1991, berbagai jabatan penting pernah dijalaninya. Di antaranya, Direktur, Seksi Kebebasan Informasi dan Hubungan Parlemen (1992-1993); Penasihat, Kantor Menteri Luar Negeri (1992); dan Pejabat Penghubung Media (1991-1992).

Ia juga pernah menjadi Counsellor kemudian Wakil Duta Besar Australia di Kedutaan Besar Australia di Phnom Penh, Vietnam, (1993-1995) dan Kepala Negosiasi untuk Kelompok Pemantau Perdamaian di Bougainville (2000) dan Asisten Sekretaris, Kelautan, Bagian Asia Tenggara (2000-2003).

Pada 2003-2004, Grigson menjadi dubes Australia untuk Myanmar, kala itu masih bernama Burma. Jabatan duta besar kembali ia pegang di Thailand pada 2008-2010. Berbagai posisi strategis terus dipercayakan padanya seperti Kepala Staf Menteri Luar Negeri Australia (2007-2008), Wakil Sekretaris Departemen (September 2010) dan Perwakilan Khusus Australia untuk Pakistan dan Afghanistan (2014).

Dubes Grigson sendiri ditempatkan di Indonesia pada Januari 2015. "Ini adalah tahun terakhir penempatan saya di Indonesia," tuturnya.

Menjadi diplomat tentu membuat Dubes Grigson harus memboyong keluarganya di negara mana pun ia ditempatkan. Meski kedua anaknya, Jack (13) dan Lily (11), terbiasa menjalani kehidupan keluarga diplomat yang jauh dari kampung halaman, Dubes Grigson mengaku membebaskan jalan hidup mereka.

"Saya rasa mereka akan memilih jalur masing-masing," tegasnya.

Ia bercerita, Jack si sulung amat tertarik dengan teknologi seperti remaja laki-laki 13 tahun pada umumnya. "Dia merakit komputernya sendiri, dan ingin menjadi insinyur perangkat lunak," imbuhnya.

Sementara si bungsu, Lily, dinilainya amat baik berhubungan dengan orang banyak. "Jadi kami mengira-ngira apakah ia akan mendalami bidang seperti psikologi," tutur Dubes Grigson.

Apa pun pilihan hidup kedua buah hatinya, Dubes Grigson menyebut, sangat penting baginya melihat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan membumi dan memahami cara hidup orang Australia.

"Ketika di Australia, kami memastikan agar mereka menjalani kehidupan yang amat sederhana. Kami membesarkan keduanya agar mereka menjadi orang Australia yang memahami bagaimana umumnya warga Australia menjalani hidupnya," pungkas Dubes Grigson.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya