Serba Salah Puasa di Negeri Mayoritas Non-Muslim

Silviana Dharma, Jurnalis
Jum'at 23 Juni 2017 17:02 WIB
Ilustrasi. Iftar di China. (Foto: Al Jazeera)
Share :

BEIJING – Apa sih puasa itu? Puasa secara praktisnya adalah berhenti makan dan minum. Dalam ajaran Islam, ada kewajiban untuk menahan lapar dan haus dari sejak fajar hingga matahari terbenam di barat selama Ramadan.

Pemandangan orang berpuasa di Indonesia sih lumrah. Akan tetapi, di China, sedikit sekali orang yang benar-benar menjalankan ajaran tersebut. Situasi inilah yang seringkali jadi tantangan terbesar bagi umat Islam yang menunaikan ibadah puasa di negara mayoritas non-Muslim.

Seorang WNI yang berkuliah di China, Mentari Puspa Ferisa menggambarkan perasaan yang berkecamuk ialah ribet campur sedih. Tatkala dia harus menolak ajakan makan dari teman-temannya.

Pernah dia ditawari makan siang, tetapi karena sedang puasa, Mentari harus menolak. Teman-temannya yang non-Islam bertanya mengapa dia tak ikut makan. Kalau mengerti soal puasa, tinggal jawab begitu, selesai. Tapi jika yang bertanya sama sekali asing dengan istilah itu, pasti minta dijelasin.

"Terakhir, saya mengikuti acara makan malam bareng teman-teman sefakultas. Acara mulai pukul 18.00. Jam segitu di China belum waktunya buka puasa," tutur Mentari kepada Okezone.

Ketika orang-orang sudah mulai makan, Mentari merasa canggung sendiri. Dengan perut keroncongan dan hawa lapar itu mengelilingi dirinya, perempuan yang hobi menggambar itu masih harus menunggu dua jam untuk bisa menikmati hidangan yang disajikan.

Akan tetapi, logikanya saja, apakah makanan itu bisa menunggu? Kalau pun makanan yang tersisa masih banyak, apakah acaranya akan selama itu?

"Di situ perasaan saya mulai tidak enak. Wah, enggak bener nih. Orang-orang sudah mulai makan, saya cuma bisa ngeliatin," ujarnya.

Untung baginya, banyak teman yang sudah paham alasan Mentari hanya berdiri sambil senyam-senyum pada jam makan tersebut. Ia ingat di kantin kampusnya, banyak juga yang sering menatap dia heran kalau menolak makan siang selama Ramadan.

Meskipun sudah terbiasa, tetapi acara-acara semacam ini seringnya membuat anak kedua dari empat bersaudara itu gelisah. Sebab, makanan pembuka pasti ludes begitu datang. Lalu hidangan utama yang pasti juga enggak bakal bertahan lama di hadapan perut-perut kosong di sana.

Sementara Mentari hanya bisa menatap, teman-temannya asik bersantap. Tak ada yang tergerak untuk menyisakan barang sepiring makanan buat dirinya.

Kalau sudah begitu, mahasiswi magang tersebut mau tak mau harus menyediakan sendiri makanan buat dia nanti buka puasa. Setiap menu yang disukai, dicomotnya dan dikumpulkan dalam satu piring.

"Tapi ketika makanan lain datang dan piring saya penuh, wah, saya panik lagi. Situasinya lumayan awkward. Akhirnya, saya majukan jam buka puasa 10 menit," terangnya.

Dia mengaku, momen sekali itu membuat dia harus batal. "Saya makan sambil minta maaf, 'Ya Allah maaf saya buka puasa duluan'," akunya.

Sementara orang-orang sudah nyaris kekenyangan, Mentari baru mulai mengasup gizi ke tubuhnya. Sedihnya lagi, makanan yang sudah dia kumpulkan tadi, terlanjur dingin. Rasanya tak lagi enak.

"Teman-teman juga sudah selesai makan semua. Di situ, saya baru menyesal. Mengapa saya harus bela-belain batal? Tadi mah tidak perlu ikut makan saja sekalian," sesalnya.

(Silviana Dharma)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya