MANILA – Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi saat ini sedang berada di Manila untuk melakukan pertemuan trilateral. Indonesia dalam kesempatan ini ingin duduk bersama Malaysia dan Filipina guna membahas konflik bersenjata di Marawi.
Sebelum pertemuan trilateral, Menlu Retno lebih dulu melakukan diskusi bilateral dengan Filipina. Pertemuan itu dihadiri oleh Menlu Filipina Alan Peter Schram Cayetano, Menteri Pertahanan Delvin Lorenzana dan Penasihat Presiden untuk Proses Perdamaian di Filipina Selatan, Jesus Dureza.
Ketiganya secara terpisah memuji solidaritas dan inisiatif yang ditunjukkan Indonesia dengan memprakarsai pertemuan trilateral ini. Bahkan, Menlu Alan Peter secara khusus menyampaikan keinginan Negeri Lumbung Padi untuk belajar dari keberhasilan Indonesia menanggulangi terorisme, serta mencegah penyebaran paham radikalisme dan esktremisme.
Dalam rilis yang diterima Okezone, Jumat (23/6/2017), Menhan Delvin selain menuturkan perkembangan terakhir di Marawi, ia juga menyampaikan dukungan penuh terhadap berbagai usulan kerjasama yang diprakarsai Menlu Indonesia.
Menlu Retno dalam pertemuan bilateral denganPenasihat Presiden untuk Proses Perdamaian di Filipina Selatan, Jesus Dureza. (Foto: Twitter/Kemlu RI)
Terakhir, dalam pertemuan dengan penasihat presiden Jesus Dureza, Menlu Retno secara khusus meminta informasi terkini soal pembahasan Bangsamoro Basic Law (BBL). Rancangan undang-undang yang diharapkan dapat memberikan otonomi khusus bagi Bangsamoro di Filipina Selatan.
“Karena kedekatan geografis maupun sosial-budayanya, secara tradisional, Indonesia menaruh perhatian terhadap perkembangan situasi di Filipina Selatan,” ucap Menlu.
Mantan Dubes Indonesia untuk Belanda itu juga meyakinkan bahwa Nusantara mendukung punah segala upaya untuk mencapai solusi yang berkesinambungan di Filipina Selatan.
"Indonesia siap mendukung Filipina mencapai solusi yang berkesinambungan di Filipina Selatan," tegasnya.
Sejumlah kerjasama yang ditawarkan Menlu dalam pertemuan dengan pejabat tinggi Filipina, meliputi bantuan kemanusiaan pemerintah/masyarakat Indonesia untuk membantu 200 ribu warga Marawi yang terkena dampak situasi keamanan baru-baru ini. Ada pula kerjasama di bidang pendidikan Islam, serta langkah-langkah mempromosikan pembangunan sosial ekonomi di kawasan dengan pengarusutamaan kerjasama antara daerah yang berbatasan di ketiga negara.