TORONTO – Pendeta asal Kanada, Lim Hyeon-soo, akhirnya menghirup udara bebas setelah ditawan oleh Korea Utara (Korut) selama hampir tiga tahun. Pria berusia 62 tahun itu yakin pencabutan hukuman seumur hidup dilakukan sebagai niatan baik dari rezim Kim Jong-un.
BACA JUGA: Korut Akhirnya Bebaskan Pastor Kanada yang Dihukum Kerja Paksa Seumur Hidup
“Saya yakin Kim Jong-un mengizinkan saya pergi sebagai isyarat niat baik di tengah begitu banyak retorika,” tukas Lim Hyeon-soo di hadapan jemaatnya di Toronto, seperti dimuat NBC News, Selasa (15/8/2017).
Pria keturunan Korea Selatan (Korsel) itu tampil pertama kali di hadapan publik sejak dibebaskan pada Rabu 9 Agustus. Lim Hyeon-soo menceritakan sulitnya hidup sebagai tahanan kerja paksa. Ia dipaksa untuk menggali lubang di tanah yang membeku selama dua musim dingin berturutan.
“Tanahnya sangat keras dan butuh dua hari untuk menggali satu lubang, setidaknya 16 jam. Saya sakit pada dua bulan awal di kamp kerja paksa. Berat badan saya juga menurun hingga 23 kilogram (kg). Untungnya, sekarang kondisi saya sudah jauh meningkat,” tukas pria berkacamata itu.
Lim Hyeon-soo nampak sangat bahagia usai menghirup udara bebas. Ia tersenyum lebar saat menggendong cucunya yang berusia satu tahun. Balita tersebut lahir saat Lim tengah meringkuk di kamp kerja paksa Korut. Hyeon-soo berterima kasih kepada Gereja Presbyterian tempatnya bernaung dan pemerintah Kanada yang tak henti memberikan dukungan.
Hyeon-soo mengaku tidak memiliki Injil selama satu tahun pertama masa hukuman. Ia terpaksa membaca lebih dari 100 buah buku dan 300 film yang semuanya berkisah tentang Korut. Hyeon-soo tetap mendapatkan Injil berbahasa Korea dan Inggris. Kitab suci itu dibacanya lima kali setiap hari sehingga mampu mengingat lebih dari 700 ayat.
Ia senang dapat kembali beribadah bersama dengan jemaat gereja setelah menyembah Tuhan sendirian selama 130 hari. Meski demikian, Lim tetap bersyukur karena memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan Tuhan dalam keheningan.
“Tuhan memberi saya kemampuan untuk berimajinasi. Ketika Anda tidak dapat menonton televisi atau membaca koran, Anda punya banyak waktu,” tutup Lim Hyeon-soo.
BACA JUGA: Syukurlah, Pastor Kanada yang Ditahan di Korut Telah Dipulangkan
Sebagaimana diberitakan, Lim Hyeon-soo menghilang saat menjalankan misi pada awal 2015. Ia kemudian dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup pada Desember 2015 atas tuduhan berusaha menggulingkan rezim Kim Jong-un di Pyongyang.
BACA JUGA: Sempat Koma, Mahasiswa AS yang Dibebaskan Korut Akhirnya Meninggal
Lim Hyeon-soo diyakini dibebaskan rezim Korut karena kondisi kesehatannya menurun. Ia jauh lebih beruntung daripada mendiang Otto Warmbier yang juga dihukum kerja paksa. Pemuda asal Amerika Serikat (AS) itu meninggal dunia, tidak lama setelah pulang dalam keadaan koma dari Korut.
(Wikanto Arungbudoyo)