Hyeon-soo mengaku tidak memiliki Injil selama satu tahun pertama masa hukuman. Ia terpaksa membaca lebih dari 100 buah buku dan 300 film yang semuanya berkisah tentang Korut. Hyeon-soo tetap mendapatkan Injil berbahasa Korea dan Inggris. Kitab suci itu dibacanya lima kali setiap hari sehingga mampu mengingat lebih dari 700 ayat.
Ia senang dapat kembali beribadah bersama dengan jemaat gereja setelah menyembah Tuhan sendirian selama 130 hari. Meski demikian, Lim tetap bersyukur karena memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan Tuhan dalam keheningan.
“Tuhan memberi saya kemampuan untuk berimajinasi. Ketika Anda tidak dapat menonton televisi atau membaca koran, Anda punya banyak waktu,” tutup Lim Hyeon-soo.
BACA JUGA: Syukurlah, Pastor Kanada yang Ditahan di Korut Telah Dipulangkan
Sebagaimana diberitakan, Lim Hyeon-soo menghilang saat menjalankan misi pada awal 2015. Ia kemudian dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup pada Desember 2015 atas tuduhan berusaha menggulingkan rezim Kim Jong-un di Pyongyang.
BACA JUGA: Sempat Koma, Mahasiswa AS yang Dibebaskan Korut Akhirnya Meninggal
Lim Hyeon-soo diyakini dibebaskan rezim Korut karena kondisi kesehatannya menurun. Ia jauh lebih beruntung daripada mendiang Otto Warmbier yang juga dihukum kerja paksa. Pemuda asal Amerika Serikat (AS) itu meninggal dunia, tidak lama setelah pulang dalam keadaan koma dari Korut.
(Wikanto Arungbudoyo)