OKEZONE STORY: Dari Drama Penyanderaan di Bank Swedia Lahirlah 'Stockholm Syndrome'

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 23 Agustus 2017 08:01 WIB
Foto yang diambil Kepolisian Stockholm pada hari keempat penyanderaan di Norrmalmstorg, Stockholm, 26 Agustus 1973. (Foto: Whaleoil.co.nz)
Share :

Olsson memberikan jaket wol kepada sandera Kristin Enmark saat dia mulai menggigil kedinginan, menenangkannya saat dia bermimpi buruk dan memberinya peluru dari senapannya sebagai kenang-kenangan. Dia juga menghibur sandera Birgitta Lundblad yang tidak dapat menghubungi keluarganya melalui telepon, menyemangatinya agar jangan menyerah.

Pria itu bahkan mengizinkan sandera Elisabeth Oldgren yang mengalami klaustrofobia, ketakutan akan ruang tertutup yang sempit, untuk berjalan keluar brankas bank. Tindakan baik Olsson itu membuat para sandera bersimpati kepadanya.

“Ketika dia memperlakukan kami dengan baik. Kami bisa menganggapnya sebagai Tuhan darurat,” kata satu-satunya sandera pria, Sven Safstrom, sebagaimana dilansir History, Rabu (23/8/2017).

Pada hari kedua, sandera dan kedua narapidana itu telah saling memanggil dengan nama depan. Para sandera juga tampak lebih takut kepada polisi daripada orang yang menahan mereka.

Ketika komisaris polisi diizinkan masuk untuk memeriksa kesehatan sandera, dia melihat bahwa para tawanan tersebut tampak memusuhinya tapi santai dan riang dengan kedua pria bersenjata tersebut.

Kristin Enmark bahkan menghubungi Perdana Menteri Swedia saat itu, Olof Palme, untuk memohon agar polisi mengizinkan kedua pria itu membawanya bersama mereka kabur dengan mobil. Kristin mengatakan, dia takut polisi akan bertindak gegabah dan menyebabkan para sandera terbunuh.

"Saya tidak putus asa. Mereka tidak melakukan apa pun pada kami. Sebaliknya, mereka sangat baik. Yang saya takuti adalah polisi akan menyerang dan menyebabkan kita semua mati," kata Kristin.

Lebih aneh lagi, saat diancam akan dilukai oleh para penyanderanya, Kristin dan sandera lainnya masih menunjukkan simpati pada Olsson dan Olofsson. Setelah Olsson mengancam akan menembak kakinya, Sven Safstorm malah berfikir pria itu cukup baik karena hanya akan menembak kakinya. Kristin bahkan meyakinkan Sven untuk bersedia ditembak di kaki.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya