KETIKA Korea Utara melesatkan rudal balistik melintasi Jepang pada Jumat (15/9), seberapa besar risiko senjata tersebut mengenai pesawat komersial yang dipadati warga sipil?
Pertanyaan itu dilontarkan khalayak dunia setelah Pyongyang beberapa kali menggelar uji coba rudal tanpa peringatan terlebih dulu.
Seorang penumpang di Bandara Osaka, Jepang, pada Jumat (15/9) merilis cuitan ini sesaat setelah pesawat mendarat.
Just landed in Osaka. There was an announcement of N.Korea's missile launch while on plane.
— mi-ho (@mi_ho03) 14 September 2017
Kecemasan bahwa rudal Korut dapat menghantam pesawat sipil dapat dipahami sejumlah pakar. Menurut mereka, ada potensi terjadi insiden, namun kemungkinannya sangat rendah.
"Jika pesawat penumpang terkena (rudal), tekanan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakoni aksi militer akan sangat, sangat tinggi," kata Vipin Narang, pakar keamanan Asia Selatan di Institut Teknologi Massachussetts (MIT).
(Baca juga: AS: Uji Coba Rudal Korut Membahayakan Seluruh Dunia!)
Dia buru-buru menambahkan kemungkinan skenario semacam itu sangat tipis. Bagaimanapun, potensi eskalasi militer tetap ada dan bisa menjadi "jalur menuju perang".
Kemungkinan Terburuk
"Rangkaian uji rudal ini menimbulkan risiko terhadap pesawat komesial," kata Ankit Panda, salah seorang redaktur laman The Diplomat.
Korea Utara tidak mengumumkan uji coba peluncuran rudalnya sehingga hal itu bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan. Konsekuensinya, rudal tersebut bisa bertepatan dengan jalur penerbangan sehingga negara-negara tetangga tidak sempat memperingatkan pesawat atau kapal agar menghindari area tertentu.
(Baca juga: Nah! Dewan Keamanan PBB Anggap Peluncuran Rudal Korut Tindakan yang Keterlaluan)
"Menentukan risiko sebuah insiden cukup sulit. Kemungkinannya sangat rendah. Pada akhirnya kita berbicara tentang dua benda cukup kecil yang bakal bertabrakan di ruang angkasa tiga dimensi," jelas Panda.
Seperti halnya negara-negara lain, Korea Utara memiliki akses pada data penerbangan sipil internasional sehingga para ilmuwan di negara itu bisa mempelajari tempat rudal itu akan dikirim sekaligus menentukan daerah mana yang penduduknya jarang.
"Pyongyang jelas ingin meminimalkan risiko terjadinya insiden. Kebalikan dengan apa yang orang-orang mungkin pikirkan, mereka tidak ingin ada insiden. Mereka akan mencari rute yang risikonya bisa diminimalkan," ujarnya.
(Baca juga: Kesabaran Hampir Habis, AS Tegaskan Punya Opsi Militer Tangani Korut yang Kerap Berulah)
Meski demikian, risikonya tetap ada dan bisa diperbesar oleh dua faktor:
- Rudal melenceng dari jalurnya dan memasuki jalur penerbangan yang sibuk
- Rudal pecah saat melesat di udara dan menciptakan puing-puing
Vipin Narang selaku pakar keamanan dari MIT, menjelaskan bahwa Pyongyang mengkaji rangkaian uji coba rudal sehingga rudal-rudal itu melintasi sebagian kecil wilayah Jepang dan melalui rute yang lalu-lintas penerbangannya minim.
Namun, pengkajian tersebut didasari oleh asumsi bahwa uji coba akan berhasil.
"Rudal terkini yang diluncurkan pada Jumat diperkirakan adalah Hwasong-12, yang pada beberapa uji coba sebelumnya tidak memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi. Jadi mungkin saja rudal itu kacau dan memasuki jalur penerbangan sibuk," cetusnya.
Faktor kedua, rudal bisa pecah saat melesat di udara. "Hal ini akan menciptakan puing-puing yang menimbulkan risiko bagi pesawat-pesawat yang terbang tinggi," jelas Panda.
Kembali lagi, tingkat kegagalan uji coba rudal Korut cukup tinggi sehingga skenario itu mungkin terjadi.
Tingkatkan kewaspadaan
Walau risiko rudal Korut menghantam pesawat sipil terbilang sangat rendah, sejumlah maskapai penerbangan telah meningkatkan kewaspadaan.
"Beberapa maskapai mengindikasikan mereka mengubah jalur penerbangan guna menghindari terbang melintasi Korea Utara dan area antara Korea Utara dan Hokkaido (Jepang)," papar Ellis Taylor selaku analis penerbangan dari lembaga FlightGlobal.